1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan tempat tinggal
berbagai bentuk yang terhitung
jumlahnya, baik berupa tanaman, hewan maupun mikroba. Kehidupan hewan sangat
tergantung pada habitatnya karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu
spesies hewan tanah sangat ditentukan oleh keadaan daerah.(Michael, 1995)
Kelompok
hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam, mulai dari Protozoa, Porifera,
Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata. Hewan tanah dapat
pula dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat
yang dipilihnya, dan kegiatan makanannya (Suin, 2003:68). Pada permukaan tanah
terdapat banyak makhluk hidup terutama hewan yang sebagian besar dihuni oleh
jenis-jenis Arthropoda. Hewan-hewan itu umumnya menggunakan sumber daya yang
ada dipermukaan untuk melangsungkan aktivitas kehidupannya.
Hewan
tanah mempunyai arti penting dalam proses pembentukan lahan yang merupakan
substrat bagi tanaman, misalnya untuk stabilitas air tanah, dan sebagai sumber
mineral. Hewan tanah cepat bereaksi terhadap akibat pengolahan tanah. Ada hewan
tanah yang menguntungkan bagi tanaman dan ada juga hewan tanah yang dapat
merusak tanaman.
Arthropoda merupakan phylum terbesar dari animal kingdom.
Jumlah spesies dalam arthropoda lebih banyak daripada semua spesies dari phyla
lain. Arthropoda merupakan hewan yang dominan dalam dunia ini (Jasin, 1987:153). Anggota phylum Arthropoda telah
berhasil diketahui dan diberi nama sebanyak 80% (Jumar, 2000:5). Karena
Arthropoda merupukan phylum yang terbesar maka mereka terdapat dimana-mana,
baik itu di hutan, dataran rendah maupun dataran tinggi.
Peranan
serangga dalam kehidupan manusia baik yang menguntungkan dan merugikan. Peranan serangga yang mengutungkan adalah
sebagai berikut; penyerbukan tanaman , penghasil produk, bersifat entomofagos
(predator dan parasitoid), pemakan bahan organik pemakan gulma sebagai bahan penelitian.
Sedang peranan serangga yang merugikan adalah; perusak tanaman, perusak produk
dalam simpanan, sebagai faktor penyakit
bagi tanaman, hewan maupun manusia (Jumar,2000).
Arthropoda
umumnya hidup di serasah-serasah sebagai tempat hidup dan sumber makanannya.
Sisa-sisa tumbuhan membentuk bahan organik tanah yang bila terurai seluruhnya
akan menjadi humus. Kondisi seperti ini tentunya dapat menyuburkan tanah dan
baik untuk tanaman, terutama tanaman kopi.
Kopi (Coffea sp) adalah nama jenis tanaman
pohon yang menghasilkan biji kopi. Ada 2 jenis kopi yaitu kopi robusta dan kopi
arabika, saat ini kopi menjadi komuditi ekspor bagi Negara kita . kopi tumbuh lambat mencapai 1 meter per
tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 5 meter. Batang pohon kopi kuat dan
biasanya terdapat banyak cabang, dengan kayu keras dan cocok untuk bahan
peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan
lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di
dalam hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus dan berkilau. Bunganya putih
dan wangi, menggelung seperti bentuk bintang laut
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di
antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada,
Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini
sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi. Kopi tumbuh
baik dengan ketinggian daerah antara 1700-1750m dan suhu antara 16-12oC.
iklim kering atau daerah-daerah kering 3bulan pertahun secara berturut-turut
yang sesekali terdapat hujan kiriman. Kopi tidak menyukai sinar matahari
langsung dalam jumlah yang banyak, tetapi menyukai jumlah sinar matahari yang
teratur, sinar matahari yang banyak akan menyebabkan penguapan dari tanah
maupun dari daun yang gilirannya akan menguap dan itu akan mengganggu proses
fotosintesis dan juga akan berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup
bunga.
Kopi
merupakan bukan tumbuhan asli Indonesia yang mempunyai manfaat sebagai
salah satu bumbu yang kerap dipakai
di berbagai jenis masakan Indonesia dan Kemiri juga berkhasiat untuk mengobati antara lain
mengurangi resiko kanker payuda, penyakit jantung, diabetes, sirosis, penyakit
parkiston, melindungi dan mencegah penyakit saraf.
Desa
Muang terletak di Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Desa ini terletak di
dataran tinggi, mempunyai tanah yang kering dan subur sehingga memungkinkan
hidupnya binatang-binatang seperti Arthropoda, Anellida, dan Mollusca. Dan Desa
ini juga merupakan salah satu sumber informasi untuk mengetahui keberadaan Arthropoda yang nanti
akan menjadi objek penelitian saya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Keragaman Arthropoda Permukaan
Tanah Pada perkebunan kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan
Jaro Kabupaten
Tabalong.
1.2
Perumusan
dan Batasan Masalah
1.2.1
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dikaji
dalam penelitian ini, sebagai
berikut :
1.
Jenis-jenis Arthropoda permukaan
tanah apa saja yang dijumpai pada Perkebunan Kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong?
2.
Bagaimana keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah pada Perkebunan
kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong?
3.
Bagaimana kemelimpahan Arthropoda permukaan tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong?
1.2.2.
Batasan
Masalah
Dari
perumusan masalah di atas dapat ditentukan batasan masalah, yaitu:
1.
Arthropoda yang akan diteliti adalah Arthropoda permukaan
tanah yang
dapat dilihat dengan mata.
2.
Arthropoda
yang termasuk dalam larva atau telur tidak dimasukkan dalam hitungan.
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian diatas adalah :
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis Arthropoda
permukaan tanah yang terdapat pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
2. Untuk
mengetahui keragaman Arthropoda
yang terdapat pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
3. Untuk
mengetahui kemelimpahan Arthropoda
yang
terdapat pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
1.4 .
Manfaat Penelitian
Manfaat
dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai
informasi masyarakat umum
terutama penduduk Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
2. Sebagai
bahan masukkan bagi mahasiswa Jurusan Biologi khususnya yang mengambil mata
kuliah Ekologi Hewan dan Zoologi Invertebrata.
Sebagai bahan koleksi
dan media pembelajaran
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman dan
Kemelimpahan
Keanekaragaman adalah suatu keadaan
makhluk hidup yang bermacam-macam. Keanekaragaman yang dapat dilihat dari
adanya perbedaan bentuk, ukuran, struktur, warna, fungsi, organ, dan
habitatnya. Keanekaragaman makhluk hidup yang terdapat diantara individu
sejenis disebut variasi. Lingkungan yang berperan penting dalam
penganekaragaman makhluk hidup karena makhluk hidup harus menyesuaikan diri
dengan lingkungannya agar tetap hidup. Karena jumlah individu serta
keanekaragamannya begitu besar, maka untuk mengenal dan mempelajari setiap
individu perlu diklasifikasikan.
Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa komunitas
memiliki kompleksitas tinggi karena dalam komunitas terjadi interaksi jenis
yang tinggi pula. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena
keanekaragaman jenis nampaknya bertambah bila komunitas menjadi
stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keanekaragaman.
Keanekaragaman yang besar juga mencirikan sejumlah besar corak (Michael,1994:268).
Kenekaragaman cenderung jadi tinggi di
dalam komunitas yang lebih tua dan rendah dalam komunitas yang baru tertbentuk.
Sementara produktivitas atau arus energi seluruhnya jelas mempengaruhi keanekaragaman
jenis, kedua kualitas itu tidak berhubungan dalam cara linier yang sederhana
manapun (Odum, 1993:187).
Kemelimpahan adalah jumlah jenis pada suatu
area atau lokasi tertentu. Kemelimpahan mengacu kepada jumlah
jenis-jenis struktur dalam komunitas. Kemelimpahan suatu jenis dapat
didefinisikan sebagai jumlah individu perkuadrat. Kemelimpahan suatu individu
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total jenis yang ada dalam
komunitas, dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Dalam pengambilan
sampel bagi kemelimpahan suatu jenis, individu-individu jenis harus dihitung
dan bukan sekedar keberadaan atau ketidakhadiran jenis yang dilakukan seperti
pada saat mempelajari frekuensi jenis. Secara bersama-sama, kemelimpahan dan
frekuensi sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
2.2 Pengertian dan Ciri-ciri
Arthropoda
Arthropoda berasal dari
kata ”
Arthos” yang berarti
sendi atau ruas dan”
podos” berarti kaki. Jadi Arthropoda artinya binatang yang
kakinya beruas-ruas
atau berbuku-buku.
Semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruas-ruas dimasukkan dalam filum Arthropoda.
Ruas-ruas itu tidak
hanya tampak pada kakinya,
melainkan juga pada seluruh tubuhnya (Reacee
dkk,2000:236).
Arthropoda merupakan
phylum terbesar dari animal kingdom. Jumlah jenis dalam Arthropoda lebih banyak
daripada semua jenis dari phyla lain. Arthropoda merupakan hewan yang dominan
dalam dunia lain (Jasin, 1987:153)
Menurut Jumar
(2000:118), ciri-ciri khusus dari Arthropoda adalah:
1.
Tubuh
beruas-ruas
2.
Kaki
beruas-ruas
3.
Eksoskleton
(dinding tubuh) berkitin dan beruas-ruas
4.
Alat
mulut beruas dan dapat beradaptasi untuk cara makan
5.
Rongga
tubuh merupakan rongga darah
6.
Bernafas
dengan permukaan tubuh, insang, trakea atau paru-paru
7.
Alat
pencernaan makanan berbentuk tabung, terletak disepanjang tubuh
8.
Alat
pembuangan melalui pipa panjang pada rongga tubuh
Filum Arthropoda terbagi dalam lima kelas yaitu :
1.
Crustacea
Crustacea
merupakan satu kelompok besar yang bervariasi dari Arthropoda, kebanyakan dari
hewan ini adalah binatang laut, tetapi banyak yang terdapat di air tawar dan
beberapa adalah binatang darat. Ordo yang paling umum dalam kelas ini adalah
Ordo Isopoda. Isopoda adalah kutu-kutu yang berwarna kehitam-hitaman, kelabu,
atau kecokelat-cokelatan, yang biasanya terdapat di batu-batu atau di bawah
kulit kayu (Borror, dkk 1992:172-179).
2.
Diplopoda
Menurut Kastawi, dkk (2001:216) Diplopoda
disebut juga millipede. Tubuh berbentuk subsilindrik, terdiri atas 25 sampai
100 segmen, dan jumlah tersebut tergantung jenisnya. Hampir pada setiap segmen
membawa 2 pasang apendik yang kemungkinan berasal dari dua fungsi segmen, dua
pasang spirakel, ostia, dan ganglia saraf.
Kaki seribu (Diplopoda) adalah hewan mirip cacing, dengan
kaki berjalan (dua pasang per segmen) yang jumlahnya besar, meskipun kurang
seribu dari seperti namanya. Mereka memakan daun-daunan yang membusuk dan bahan
tumbuhan lain (Campbell, 2003:234)
3.
Kelas
Chilopoda
Tubuh
pipih dorso-ventral dan terdiri atas 15 sampai 173 segmen, yang setiap segmen
tubuh membawa sepasang kaki kecuali dua segmen terakhir dan satu segmen tepat
di belakang kepala (Kastawi, dkk. 2001:215). Kepalanya memiliki sepasang antena dan tiga pasang
anggota badan yang dimodifikasi sebagai bagian mulut, yang meliputi mandibula
yang mirip rahang. Masing-masing segmen bada memiliki satu pasang kaki berjalan
(Campbell, dkk, 2003:234).
4.
Kelas
Insekta
Insekta atau serangga disebut juga Hexapoda merupakan
kelas yang terbesar di dalam Arthropoda, beranggotakan kurang lebih 675.000 jenis yang terbesar disemua penjuru dunia. Merupakan invertebrata yang hidup ditempat
yang kering dan dapat terbang. Habitat insekta disemua tempat, kecuali di laut.
Sebagian hidup di dalam air tawar, tanah lumpur, parasit pada macam-macam
tumbuhan atau hewan lainnya (Jasin, 1987:159-160).
Menurut Jasin
(1987:172) kelas insekta terdiri atas sub kelas Apterygota dan sub kelas
pterygota. Sub kelas Apterygota terdiri dari:
a.
Ordo
Orthoptera
Yang termasuk
dalam ordo ini adalah belalang, jangkrik dan lain-lain. Wujudnya cukup besar,
alat mulut mengigit, sayap muka agak sempit, dari bahan
perkamen dan bervena, sebagian besar
pemakan Tanam-tanaman (Jasin, 1987:174).
b.
Ordo
Coleoptera
Ukuran tubuh
bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar, alat mulut tipe penggigit. Sayap muka adalah
tebal dan tanpa pembuluh darah, bertemu satu sama lain di garis median dorsal,
sayap belakang berupa membrane dengan sedikt pembuluh darah, terlipat di bawah
sayap muka. Beberapa metamorphosis sempurna (Jasin, 1987:190).
c.
Ordo
Hymenetoptera
Sayap-sayap
secara relative mengandung beberapa rangkap sayap, dan pada beberapa bentuk
yang kecil tidak terdapat rangka-rangka sayap sama sekali. Bagian-bagian
mandibulat, tetapi kebanyakan terutama lebah-lebah, labium dan maksillae
membentuk struktur seperti lidah melalui alat itu makanan cair di ambil
(Borror, 1992:824)
d.
Ordo
Mantodea
Belalang
sembah adalah serangga-serangga yang agak bergerak lamban, besar dan memanjang
yang penampilannya menakjibkan karena keanehan tungkai-tungkai depan mereka
yang mengalami modifikasi. Serangga-serangga ini adalah pemangsa tingkat tinggi
dan memakan segala macam serangga (Borror, 1992:287).
5.
Kelas Arachinida
Menurut Kastawi, dkk (2001:203) anggota kelas ini antara
lain
laba-laba, kalajengking dan tungau. Hewan-hewan tersebut
tidak memiliki antenna juga rahang sesungguhnya. Arachinida memiliki
sefalotorak dengan enam pasang anggota badan chelicereae, sepasang anggota
badan yang disebut pedipalpus yang umumnya berfungsi dalam penginderaan atau
pengambilan makanan, dan empat pasang kaki untuk berjalan (Campbell, dkk,
2003:233).
2.3
Penelitian yang Relevan
Menurut Kartini.S.
(2006) ada 10 jenis arthropoda yang ditemukan pada permukaan tanah di
perkebunan duku di Desa Malutu Kecematan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai
Selatan baik pada siang hari maupun malam hari. Kemelimpahan tertinggi pada
siang hari terdapat pada semut merah kecil (Formuca
rupa) dengan NP sebesar 74,53% dan kemelimpahan terendah terdapat pada
jangkrik tanah (Allenimobius fasciatus)
dengan NP sebesar 7,59%. Sedangkan pada malam hari kemelimpahan tertinggi masih
terdapat pada semut mereh kecil (formuca
rupa) dengan NP sebesar 56,57% dan kemelimpahan terendah pada kumbang ( Tribolium confustern) dan kaki seribu ( Oxidus gracilis) dengan NP sebesar
7,57%
Menurut
Adawiyah (2005) ada 14 jenis hewan yang ditemukan di kebun rambutan
Kabupaten Batola seperti Blatella
germanica L, Blatta Orientalis
L, Blatella
sp, Formica
sp, Formica fusca, Frimica sp, Geomyrzaprinus sp, Gryllus sp, Julus
terrestris, Leptopterna dolobrata,
Lycosa fibrilis, Monomorium minimum, Odontomachus
pubctulatus, Scolopendra obscura,
diantara jenis ini yang paling melimpah adalah Formica rupa (semut merah kecil) yaitu (74,99 %) sedangkan yang
paling terendah adalah Geomyleaprumus
sp (6,62 %).
Berdasarkan
penelitian Baihakki (1999) keanekaragaman dan kemelimpahan Arthropoda permukaan
tanah pada di Gunung Mandiangin Kabupaten Banjar pada ketinggian berbeda, bahwa
kemelimpahan Arthropoda permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh ketinggian
tempat. Kemelimpahan tertinggi terdapat pada daerah lembah, baik pada pengambilan
sampel Arthropoda permukaan tanah pada
waktu siang hari maupun pengambilan sampel Arthropoda pada waktu malam hari,
kemudian disusul oleh daerah lereng dan daerah puncak. Keanekaragaman
Arthropoda permukaan tanah juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, dimana
keanekaragaman tertinggi terdapat di daerah lembah kemudian lereng dan
keanekaragaman terendah terdapat pada daerah puncak. Indeks similaritas
(keaasaman) Arthropoda permukaan tanah pada ketiga ketinggian berbeda
menunjukkan pola penyebaran tipe berkelompok. Dan faktor lingkungan daerah
penelitian di gunung Mandiangin ternyata masih dalam kisaran toleransi untuk
kelangsungan hidup Arthropoda permukaan tanah maupun organisme lainnya
2.4
Sifat-Sifat Faktor Lingkungan
Suatu hewan dapat hidup berhasil pada suatu lingkungan tertentu,
maka lingkungan harus mampu menyediakan berbagai keperluan untuk kelangsungan
daur hidupnya. Oleh karena itu sifat-sifat suatu lingkungan tidak hanya
tergantung pada kondisi fisik dan kimia, tetapi juga pada kehadiran organisme lain (Yuanita, 2007).
Beberapa
faktor yang saling terkait satu sama lainnya yang mendukung
kehidupan arthropoda adalah :
1.
Suhu Tanah
Suhu Tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang
sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu
tanah akan sangat menentukan tingkat dekomposisis material organik tanah
terhadap pelapukan induk. Suhu sangat besar peranannya. Suhu tanah lapisan atas
mengalami fluktuasi dalam satu hari dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga
tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin,
2003:10).
2.
Kelembaban
Menurut
Odum 1993 kelembaban memberikan efek membatasi terhadap organisme apabila
keadaan ekstra, yakni apabila keadaan sangat rendah atau tinggi. Menurut
Michael (1994) kandungan uap air itu sendiri atau bersama-samadengan suhu
merupakan faktor yang paling mempengaruhi ekologi makhluk-makhluk hidup di
darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban atmosfer, air tanah
untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan banyak hewan-hewan darat seperti
Mollusca, Amfhibia, Isopoda, Nematoda sejumlah insekta dan Arthropoda lainnya
ditemukan hanya pada habitat-habitat atmosfer jenuh dengan uap air.
3.
pH Tanah
keberadaan dan kepadatan hewan tanah sangat tergantung
pada pH tanah. Hewan tanah ada memilih hidup pada tanah yang pH nya asam dan
pula yang senang dengan pH basa, serta pada pH asam dan basa. Hewan tanah yang
hidup pada pH asam disebut golongan asidofil pada collembolan yang pH nya kecil
dari 6,5. Sedangkan yang hidup pada pH basa disebut golongan karsinofil pada
collembolan dan disebut metrofil pada acerina dengan pH berkisar antara
6,5-7,5. Dan hewan yang hidup pada pH asam dan basa disebut golongan indiferen
pada collembolan dan pada acerina disebut basofil dengan pH diatas 7,5 (Suin
2003:22)
4.
Kadar Organik Tanah
Material organik
tanah merupakan sisa tumbuhan, hewan dan organisme tanah, baik yang telah
terdekomposisi maupun yang sedang mengalami dekomposisi manjadi humus yang
warnanya cokelat sampai hitam, dan bersifat koloidal. Komposisi dan jenis
serasah itu menentukan kepadatan populasi organisme tanah yang hidup disana dan
banyaknya tersedia serasah itu menentukan kepadatan hewan tanah.hewan tanah
karnivora makanannya adalah jenis hewan tanahlainnya termasuk saprovora, sedangkan
hewan tanah yang tergolong koprovora memakan sisa atau kotoran saprovora dan
karnivora. Organisme yang tergolong mikroplora juga sangat tergantung pada
kadar mineral organik tanah sebagai penyedia bagi kehidupan (Suin 2003:24).
5.
Cahaya
Aktivitas Arthropoda tanah dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya,
sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore, malam hari.
Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya
.
2.5
Tinjauan Tentang Tanaman kopi
Kopi (Coffea sp) adalah nama jenis tanaman
pohon yang menghasilkan biji kopi. Ada 2 jenis kopi yaitu kopi robusta dan kopi
arabika, saat ini kopi menjadi komuditi ekspor bagi Negara kita . kopi tumbuh lambat mencapai 1 meter per
tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 5 meter. Batang pohon kopi kuat dan
biasanya terdapat banyak cabang, dengan kayu keras dan cocok untuk bahan
peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan
lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di
dalam hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus dan berkilau. Bunganya putih
dan wangi, menggelung seperti bentuk bintang laut
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di
antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada,
Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini
sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi. Kopi tumbuh
baik dengan ketinggian daerah antara 1700-1750m dan suhu antara 16-12oC.
iklim kering atau daerah-daerah kering 3bulan pertahun secara berturut-turut
yang sesekali terdapat hujan kiriman. Kopi tidak menyukai sinar matahari
langsung dalam jumlah yang banyak, tetapi menyukai jumlah sinar matahari yang
teratur, sinar matahari yang banyak akan menyebabkan penguapan dari tanah
maupun dari daun yang gilirannya akan menguap dan itu akan mengganggu proses
fotosintesis dan juga akan berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup
bunga.
Kopi merupakan bukan
tumbuhan asli Indonesia yang
mempunyai manfaat sebagai
salah satu bumbu yang kerap dipakai
di berbagai jenis masakan Indonesia dan Kemiri juga berkhasiat untuk mengobati antara lain
mengurangi resiko kanker payuda, penyakit jantung, diabetes, sirosis, penyakit
parkiston, melindungi dan mencegah penyakit saraf.
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan : Plantae
Ordo : Genteanales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffeae
Spesies : Coffea sp
2.6
Gambaran
Umum Tentang Lokasi Penelitian
Lokasi Perkebunan kopi yang akan menjadi objek penelitian ini berada
di Desa Muang kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Perkebunan ini termasuk daerah
bukit pegunungan dimana wilayahnya terdiri atas hutan, perkebunan, dan
pemukiman warga. Yang mana mempunyai tanah yang kering dan subur sehingga
memungkinkan hidupnya binatang-binatang seperti Arthropoda. Pohon kemiri
memiliki luas kurang lebih 1 hektar yang sebagian besarnya digunakan untuk
areal perkebunan, biasanya
perkebunan kopi
berada pada ketinggian 0-1000 m. Daerah muang merupakan dataran tinggi yang memiliki
beragam perkebunan
misalnya perkebunanan karet,
perkebunan cabe jawa dan perkebunan kopi.
Batas wilayah Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
adalah :
1.
Sebelah Timur: Desa Muang
2.
Sebelah Selatan : Desa Lumbang/Taratau
3.
Sebelah Utara : Desa Namun / Pianang
4.
Sebelah Barat : Desa Nalui/Sempalang 1.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu pengambilan data dengan melakukaan observasi lapangan, dangan
cara menggunakan Pitfall trap
(perangkap jebakan) untuk menjebak Arthropoda permukaan tanah pada
Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksaan
Waktu
penelitian dari membuat proposal sampai penyusunan hasil adalah selama 5 bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan juli. Tempat
penelitiaan ini akan dilaksanakan pada perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua jenis Arthropoda permukaan tanah yang ada di Perkebenan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro
Kabupaten Tabalong. Sampel
penelitian adalah Arthropoda permukaan tanah yang terperangkap /terjebak dalam
perangkap.
3.3 Bahan yang digunakan adalah :
1. Sabun deterjan digunakan untuk
memancing Arthropoda dengan aromanya yamg khas.
2.
Formalin
digunakan untuk mengawetkan sampel hasil penelitian.
3.4
Alat yang digunakan adalah :
1.
Atap
seng.
2.
Botol jebakan dengan diameter 9 cm dan
tinggi 10 cm untuk menampung arthropoda
tanah yang tertangkap.
3.
Botol
minuman air mineral, untuk menyimpan arthropoda.
4.
Luv,
untuk mengamati Arthropoda tanah hasil penangkapan.
5.
Soil
tester, digunakan untuk mengukur kelembaban (%) dan pH tanah
6.
thermometer
batang, untuk mengukur suhu lingkungan daerah penelitian (Co ).
7.
Lux
meter, untuk mengukur intensitas cahaya (lux
bath).
8.
Hygrometer,
untuk mengukur kelembaban udara (%).
9.
Altimeter
untuk mengukur ketinggian tempat,
10.
Kertas
label berfungsi untuk membedakan botol plastik satu dengan
yang lain.
11.
Milimeter
blok berfungsi untuk mengukur tubuh insekta yang di dapat.
12.
Cawan
petri.
13.
Penggali
lubang (sekop, parang).
14.
Kamera
digital, untuk dokumentasi.
3.5
Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini
menggunakan 2 tahapan, yaitu :
3.5.1
Tahap persiapan
Adapun
tahap-tahap yang harus dilaksanakan sebelum terjun kelapangan adalah sebagai
berikut :
a.
Melakukan observasi pendahuluan.
b.
Membuat permohonan izin penelitian.
c.
Menyiapkan alat dan bahan penelitian.
3.5.2
Tahap pelaksanaan
a.
Menyiapkan alat dan bahan penelitian.
b.
Menetapkan 16 titik sampling atau pohon
dengan jarak antar pohon 30 meter dan tiap titik sampling atau pohon ditetapkan
4 buah jebakan.
c.
Menggali lubang untuk meletakkan jebakan
sedalam 10 cm sampai dengan 11 cm.
d.
Meletakkan
botol jebakan atau pitfall trap pada
pertengahan antara batang dengan kanopi terluar yang berisi air sabun sebanyak
±1/2 bagian
botol.
e.
Melakukan
proses penangkapan selama 12 jam, yaitu untuk Arthropoda siang
dari pukul 06.00-18.00 malam dan untuk Arthropoda malam dari pukul 18.00-06.00
pagi.
f.
Tiap
botol sampel pengambilan dan tiap-tiap titik sampling diberi label.
g.
Memilah dan menghitung jumlah tiap-tiap spesies yang ditemukan .
h.
Tiap-tiap
spesies yang ditemukan dimasukkan ke dalam botol yang berisi formalin 1% untuk
mengawetkan dan diberi label untuk keperluan identifikasi.
i.
Mendokumentasikan
hasil pengamatan.
j.
Mengidentifikasi
serangga dengan buku kunci determinasi Borror dkk (1992),
Jumar (2000), Jasin (1987)
dan Lilies (1991).
k.
Melakukan
pengukuran faktor lingkungan pada saat pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik menurut P. Michael.
l.
Melakukan
analisis data
3.6
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keanekaragaman dan
kemelimpahan Arthropoda yang diperoleh maka data yang di dapat dianalisis
dengan perhitungan statistik dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1.
Untuk menghitung keanekaragaman dapat
dihitung dengan indeks
Diversitas (keanekaragaman) yaitu : H` = -pi ln pi
Dimana : H` = Indeks
keanekaragaman
Pi = Kemelimpahan proporsional dari jenis
ke-I
Pi = Ni/N
Ni = J umlah
individu ke-I
N = Jumlah
individu keseleruh jenis dalam komunitas
Dalam penelitian ini,
Indeks Diversitas (keanekaragaman) ditetapkan sebagai berikut :
Rendah, apabila H<1
Sedang, apabila H=1 _ 3
Tinggi, apabila H >3
2.
Menghitung menggunakan rumus Nilai
Penting (NP) menurut Michael (1994) untuk mengetahui kemelimpahan dengan rumus
sebagai berikut:
NP = FR=KR
Keterangan :
NP = Nilai Penting
KR = Kerapatan Relatif
FR = Frekuensi Relatif
Dimana :
Frekuensi
(F )=
Frekuensi Relatif (FR) =
×100%
Kerapatan (K)=
Kerapatan Relatif (KR) =
x100%
3.
Indeks keanekaragaman dapat dihitung
dengan Indeks menurut Shannon-Winner (Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut
:
H΄
= Σ (Pi) (Ln Pi)
Pi =
Keterangan :
Pi = kemelimpahan proposional dan jenis ke-I, sehingga Pi
= nilai indeks
Ni = jumlah individu jenis ke-I
N = Jumlah individu keseluruhan jenis ke dalam komunitas
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
4.1.1
Jenis Arthropoda
Permukaan Tanah yang ditemukan Pada Perkebunan Kopi (coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten
Tabalong, dengan menggunakan alat jebak berupa pit faal trap (perangkap jebakan) ditemukan 12 jenis Arthropoda
yang termasuk dalam 3 Kelas yaitu, Insekta, Arachnida, Diplopoda, 3 kelas
tersebut terdiri atas 6 ordo yaitu,glomerida, Hymenoptera, Araenidaae, Orthoptera,
Hemiptera, Blattaria,dan terdapat 7 famili yaitu, Glomeris marginata,
Cicindalidae , Formicidae, Lycosidae, Bllattidae, Gryllidae, Reduviidae, dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel
1. Jenis-jenis Arthropoda Permukaan Tanah yang ditemukan Pada Perkebunan Kopi (coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro
Kabupaten Tabalong
No
|
Jenis
|
Kelas
|
Ordo
|
Famili
|
Nama
local
|
1
|
Ceuthophilus
sp
|
Insekta
|
Orthoptera
|
Rhaphidophoridae
|
Jangkrik
gua
|
2
|
Camponotus
pennsylvanicus
|
Insekta
|
Hymenoptera
|
Formicidae
|
Semut
hitam besar
|
3
|
Lasius niger
|
Insekta
|
Hymenoptera
|
Formicidae
|
Semut
tanah hutan
|
4
|
Cordiocondyla
wroughtoni
|
Insekta
|
Hymenoptera
|
Formicidae
|
Semut
api
|
5
|
Glomeris
marginata
|
Diplopoda
|
glomerida
|
glomeridae
|
Udang-udangan
|
6
|
Lycosa gulosa
|
Arachnida
|
Araneida
|
Lycosidae
|
Laba-laba
peluncur
|
7
|
Blattella
germanica
|
Insekta
|
Orthoptera
|
Blattidae
|
Kecoak
|
8
|
Oecophylla
smaragdina
|
Insekta
|
Hymenoptara
|
Formicidae
|
Semut
Rang-rang
|
9
|
Gryllus
pennsylvanicus
|
Insekta
|
Orthoptera
|
Gryllidae
|
Jangkrik
|
Lanjutan
tabel 1 jenis-jenis arthropoda permukaan tanah
10
|
Blatta
orientalis
|
Insekta
|
Orthoptera
|
Blattidae
|
Kecoak
hutan
|
11
|
Triatoma
infestans
|
Insekta
|
Hemiptera
|
Reduviidae
|
Kepik
|
12
|
Cicindela
aurulenta
|
Diplopoda
|
Coleoptera
|
Cicindelidae
|
Kumbang
macan
|
Deskripsi
dan klasifikasi masing-masing jenis insekta malam yang ditemukan adalah sebagai
berikut:
1.
Jangkrik
gua (Ceuthophilus sp)
Hasil
pengamatan:
Gambar
1: (Ceuthophilus sp)
|
|
Hewan
ini mempunyai ciri warna cokelat muda dan mempunyai corak yang lebih muda
diseluruh tubuh, panjang tubuh spesies ini sekitar 12-33 mm, habitat spesies
ini di dalam gua atau di bawah bebatuan, keluar pada malam hari, makanan utama
spesies ini adalah serangga yang lebih kecil, atu kotoran kelelawar, berkembang
biak dengan cara bertelur.
Klasifikasi:
pilum : Arthropoda
kelas :Insecta
Ordo :Orthoptera
Famili :
Rhaphidophoridae
Genus : Ceuthophilus
Spesies :
Ceuthophilus sp.
2.
Semut hitam besar (Camponotus pennsylvanicus)
Hasil
pengamatan
Gambar 2: (Camponotus pennsylvanicus)
|
|
Menurut suin
(1997 : 107) hewan ini mempunyai ciri torak dan pedikal berduri-duri,tubuh
hitam pekat, kepala oval, abdomen pendek bulat di depan, dan panjang badan
kira-kira 12 mm, ditemukan hamper di semua tempat, sebagian besar akan mengigit
apabila diganggu, hewan ini bersifat karnivora
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
kelas :
Insecta
Ordo :
Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Camponotus
Species : Camponotus pennsylvanicus
3.
Semut
tanah hutan (Lasius niger)
Hasil
pengamatan
Gambar
3: (Lasius niger)
|
|
Hewan ini berukuran tubuh kira-kira
8-10 mm, pronotumnya melebar, bagian muka abdomen menyetingi warna, sebagian
besar semut makan sisa-sisa zat yang telah mati, dan beberapa memakan
biji-bijian
Klsifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas ; Insekta
Ordo
: Hymoneptera
Family : Formicidae
Genus : Formicida
Spesies : lasius negar
4.
Semut
api (Cordiocondyla wroughtoni)
Hasil
pengamatan
Gambar 4: (Cordiocondyla wroughtoni)
|
|
Semut ini termasuk kedalam semut
pekerja, memiliki panjang tubuh 3-6mm, warna tubuh dan dan perutnya gelap,
sedangkan kepalanya berwarna coklat tembaga, habitatnya ditanah tapi mereka
lebih menyukai tinggal di benda-benda yang ada di permukaan tanah misalnya pada
kayu gelondongan, jenis makanannya yaitu mengumpulkan cairan manis dan bisa
juga memakan hewan-hewan yang telah mati seperti cacing, serangga dan
hewan-hewan lainnya
Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Cordiocondylae
Spesies : Cordiocondyla wroughtoni
5.
Udang-udangan
(Glomeris marginata)
Hasil
pengamatan
Gambar 5: (Glomeris marginata)
|
|
Hewan ini merupakan salah satu
jenis dari kelabang, tubuhnya terdiri dari kepala dan badan, sistem pernafasan
dengan trakeayang tidak bercabang, hidup di bawah dedaunan, kayu-kayu yang
lapuk, di bawah batu, dengan ukuran tubuh dewasa 20 mm, hewan ini dapat
menggulung tubuhnya membentuk seperi bola
Filum : arthropoda
Kelas : diplopoda
Ordo : glomerida
Family : glomeridae
Genus : glomeris
Spesies : glomeris marginata
6.
Laba-laba
peluncur (Lycosa gulosa)
Hasil
pengamatan
Gambar 6: (Lycosa gulosa)
|
|
Hewan ini
termasuk kelas Arachinida, ordo Araenida dan famili Lycosa sidae, abdomen oval
dan bisanya tidak jauh lebih besar daricephalothorax. Kaki memanjang dan
runcing, warna tubuh biasanya abu-abu, coklat hitam pudar. Pungguang coklat
dengan rambut-rambut berwarna abu-abu, pada punggung terdapat gambaran berwarna
putih, secara umumnya hewan ini pengembara dan sedikit saja yang diam
bersembunyi atau tinggal didalam liang (Lilies, 1994 : 215)
Kingdom : animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araenidae
Family : Lysosidae
Genus : Lycosa
Spesies : Lycosa gulosa
7.
Kecoa
(Blattella germanica)
Hasil
pengamatan
Gambar
7: (Blattella germanica)
|
|
Hewan ini satu kelompok besar dari
kecoak, berwarna coklat tua, tubuh seperti pil dan gepeng, antena membengkok
kebelakang atau melengkung, torak dan abdomen dilindungi sayap, biasanya
tinggal ditumpukan kayu atau di rumah-rumah.
Klasifikasi :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insekta
Ordo :
Blattaria
Famili :
Blattellidae
Genus :
Blattella
Spesies :
Blattella germanica
8.
Semut
rang-rang (Oecophylla smaragdina)
Hasil
pengamatan
Gambar 8: (Oecophylla smaragdina)
|
|
Hewan ini
umumnya aktif disiang maupun malam hari untuk mencari makan, tinggal berkoloni,
dengan memiliki ciri-ciri kepala seperti segitiga, cembung, torak memanjang,
sempit, metenotum cembung dan agak tinggi, pedikal 1 dan tegak lurus, mata agak
ditengah-tengah kepala bagian depan, abdomen oval, kaki dan antenna panjang.
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymoneptera
Family : Formicidae
Genus : Smaragdina
Spesies : Oecophylla smaragdina
9.
Jangkrik
(Gryllus pennsylvanicus)
Hasil
pengamatan
Gambar 9: (Gryllus pennsylvanicus)
|
|
Hasil pengamatan, spesies ini berwarna hitam,
antenna panjang dan halus seperti rambut, waktu istirahat sayap dilipat di atas
tubuh, alat mulut menggigit dan mengunyah, panjang tubuhnya adalah 21 mm.
Spesies ini termasuk dalam Famili Gryllidae. Menurut (Lilies, 1991) dewasa umumnya berwarna hitam,
nimpha kuning pucat dengan garis-garis coklat. Antenna panjang dan halus
seperti rambut. Jenis jantan mempunyai gambaran cincin di sayap depan, pada
betina mempunyai ovipositor panjang berbentuk jarum silindris. Dewasa akan
hilang sayapnya setelah menetap di lingkungan sawah.
Klasifikasi :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Orthoptera
Famili : Gryllidae
Genus : Gryllus
Spesies :
Gryllus pennsylvannicus
10.
Kecoa
hutan (Blattella oriantalis)
Hasil
pengamatan
Gambar 10: (Blattella oriantalis)
|
|
Hewan
ini mempunyai panjang badan kira-kira 20-25 mm, berwarna coklat muda , tubuhnya
bulat telor dan gepeng, kepala tersembunyi dari atas oleh pronotum, biasanya
ada sayap-sayap, walaupun di beberapa jenis sayap-sayap tersebut mengalami
penyusutan, sersi beruas 1 sampai banyak dan biasanya cukup panjang.
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattaria
Famili : Blattedae
Genus : Blatta
Spesies : Blatta oriantalis
11.
Kepik
(Triatoma infastens)
Hasil
pengamatan
Gambar
11: (Triatoma infastens)
|
|
Hewan ini mempunyai cirri-ciri
tubuh pipih, ukuran sangat kecil sampai besar, yang bersayap pada bagian
pangkal sayap menebal sedangkan ujungnya membraneus, antena panjang, alat mulut
bertipe pencucuk pengisap yang muncul di bagian kepala, tidak mempunyai cerci,
hidup di berbagai habitat, ada yang hidup di air,ada yang hidup di darat,
beberapa bersifat farasit di vertebrata, ada yang bersifat sebagai hama,
predator ataupun paktor penyakit
Phyllum :
Arthropoda
Class :Insecta
Ordo :Hemiptera
Famil :Reduviidae
Genus : Triatoma
Species : Triatoma infestans
12.
Kumbang
macan (Cicindela aurulenta)
Hasil
penelitian
Gambar 12: (Cicindela aurulenta)
|
|
Hewan ini bercirikan dengan sayap depan
keras ,tebal, menanduk, tidak ada vena-venanya, berfungsi sebagai pelindung,
ukuran tubuh kecil sampai besar, larva dan dewasa mempunyai alat mulut bertipe
penggigit pengunyah, larva tidak mempunyai kaki abdominal, umumnya dengan 3
pasang kaki thorakal, hidup di berbagai ekosistem, bertindak sebagai hama
Species A
Phyllum :
Arthropoda
Class :Insecta
Ordo :Coleoptera
Famili :Cicindelidae
Genus :Cicindela
Species :
Cicindela aurulenta
Validator:
Dra.Asri
lestari, M.Pd
NIP.19570405
198303 2 002
4.1.2
Keanekaragaman
Arthropoda Permukaan Tanah yang ditemukan PadaPerkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro
Kabupaten Tabalong
Tabel 2. Rekapitulasi data gabungan
hasil pengamatan arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi (Coffea sp) di
Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
No
|
Jenis
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
Pi
|
PiLnPi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Oecophylla
smaragdina
Glomeris
margianata
Cordiocondyla
wroughtoni
Camponotus
pennsylvanicus
Lycosa gulosa
Cicindela
aurulenta
Gryllus
pennsylvanicus
Blatella
germanica
Blatella
orientalis
Triotoma
infastens
Ceuthophilus
Sp
Lasius niger
|
1,25
0,31
1,05
0,38
0,64
0,42
0,73
0,14
0,17
0,14
0,16
0,47
|
21,33
5,33
17,87
6,40
10,93
7,20
12,53
2,40
2,93
2,40
2,67
8,00
|
0,53
0,22
0,45
0,28
0,36
0,22
0,36
0,11
0,17
0,14
0,13
0,31
|
16,19
6,67
13,81
8,57
10,95
6,67
10,95
3,33
5,24
4,29
3,81
9,25
|
37,52
12,00
31,68
14,97
21,89
13,87
23,49
5,73
8,17
6,69
6,48
17,52
|
0,21
0,05
0,18
0,06
0,11
0,07
0,13
0,02
0,03
0,02
0,03
0,08
|
0,33
0,16
0,31
0,18
0,24
0,19
0,26
0,09
0,10
0,09
0,10
0,20
|
|
|
5,86
|
100
|
3,28
|
100
|
200
|
1,00
|
2,24
|
Gambar grafik rekapitulasi arthropoda
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Desa
Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong pada siang dan malam hari, di dapatkan
nilai indeks keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) yang berbeda atau bervariasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 3. Hasil Perhitungan Keanekaragaman dengan Data
Gabungan Arthropoda permukaan Tanah yang Ditemukan pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong , pada siang dan
malam hari
No
|
Spesies
|
siang
|
Malam
|
1
|
Oecophylla smaragdina
|
0,36
|
0,31
|
2
|
Glomeris margianta
|
0,12
|
0,16
|
3
|
Cordiocondyla wroughtoni
|
0,34
|
0,29
|
4
|
Camponotus pennsylvanicus
|
0,22
|
0,19
|
5
|
Lycosa gulosa
|
0,26
|
0,23
|
6
|
Cicindela aurulenta
|
0,27
|
0,16
|
7
|
Gryllus pennsylvarnicus
|
0,22
|
0,27
|
8
|
Blattella germanica
|
….
|
0,10
|
9
|
Blatta orientalis
|
….
|
0,13
|
10
|
Triotoma infastans
|
….
|
0,11
|
11
|
Ceuthophilus sp
|
….
|
0,12
|
12
|
Lasius niger
|
….
|
0,24
|
|
H’
|
1,79
|
2,31
|
Berdasarkan Tabel di atas indeks keanekaragaman Arthropoda
permukaan tanah pada perkebunan kopi (Coffea
sp) untuk pengamatan siang hari
yaitu sebesar 1,79. Maka nilai keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah pada
perkebunan kopi tersebut tergolong sedang, karena nilai H’ lebih dari satu.
Berdasarkan
Tabel di atas indeks keanekaragaman
Arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi (coffea sp) untuk pengamatan malam hari yaitu sebesar 2,31. Maka
nilai keanekaragaman Arthropoda permukaarn tanah pada perkebunan kopi tersebut
tergolong sedang, karena nilai H’ lebih dari satu.
4.1.3
Kemelimpahan
Arthropoda Permukaan Tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang
Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
Berdasarkan hasil hitungan kerapatan, kerapatan
relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dan nilai penting terhadap spesies
Arthropoda yang ditemukan pada perkebunan
kopi (coffea sp) di Desa Muang
Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong pada siang dan malam hari, didapatkan kisaran
nilai yang berbeda yang bervariasi antara satu jenis Arthropoda yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 berikut dibawah ini.
Tabel 4. Hasil
Perhitungan Kemelimpahan dengan Data Gabungan Arthropoda Permukaan Tanah yang Ditemukan
pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten
Tabalong, pada penelitian siang hari
No
|
Nama
jenis
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
1
|
Oecophylla smaragdina
|
0,48
|
28,97
|
0,41
|
27,96
|
56,93
|
2
|
Glomeris margianata
|
0,06
|
3,74
|
0,06
|
4,30
|
8,04
|
3
|
cordiocondyla wroughtoni
|
0,39
|
23,36
|
0,31
|
21,51
|
44,87
|
4
|
Camponotus
pennsylvanicus
|
0,16
|
9,35
|
0,16
|
10,75
|
20,10
|
5
|
Lycosa
gulosa
|
0,20
|
12,15
|
0,19
|
12,90
|
25,05
|
6
|
Cicindela
aurulenta
|
0,22
|
13,08
|
0,19
|
12,90
|
25,99
|
7
|
Gryllus
pennsylvanicus
|
0,16
|
9,35
|
0,14
|
9,68
|
19,02
|
|
Jumlah
|
1,67
|
100,00
|
1,45
|
100,00
|
200,00
|
Gambar grafik perhitungan kemelimpahan
Arthropoda
Berdaskan tabel 4 di atas kemelimpahan Arthropoda
yang ditemukan pada perkebunan kopi (Coffea
sp) pada siang hari nilai penting tertinggi ditempati oleh jenis Oecophylla smaragdina yaitu sebesar 56,93%,
sedangkan nilai penting terendah ditempati oleh jenis Glomeris margianata dengan nilai penting sebesar 8,04%.
Tabel
5.Hasil Perhitungan Kemelimpahan dengan Data Gabungan Arthropoda Permukaan Tanah yang Ditemukan
pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro
KabupatenTabalong, pada penelitian malam hari
NO
|
Jenis
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Oecophylla
smaragdina
Glomeris
margianata
Cordiocondyla
wroughtoni
Camponotus
pennsylvanicus
Lycosa gulosa
Cicindela
aurulenta
Gryllus
pennsylvanicus
Blatella
germanica
Blatella
orientalis
Triotoma
infastens
Ceuthophilus
Sp
Lasius
niger
|
0,78
0,23
0,66
0,31
0,44
0,23
0,58
0,13
0,17
0,14
0,16
0,47
|
18,18
5,45
15,27
7,27
10,18
5,45
13,45
2,91
4,00
3,27
3,64
10,91
|
0,53
0,22
0,45
0,28
0,36
0,22
0,36
0,11
0,17
0,14
0,13
0,31
|
16,19
6,67
13,81
8,57
10,95
6,67
10,95
3,33
5,24
4,29
3,81
9,52
|
34,37
12,12
29,08
15,84
21,13
12,12
24,41
6,24
9,24
7,56
7,45
20,43
|
|
Jumlah
|
4,30
|
100,00
|
3,28
|
100,00
|
200,00
|
Gambar
grafik data gabungan
Berdasarkan Tabel 5 diatas
kemelimpahan Arthropoda yang ditemukan pada perkebunan kopi (Coffea sp) pada malam hari nilai penting tertinggi ditempati oleh jenis Oecophylla smaragdina yaitu sebesar 34,37%, sedangkan nilai penting terendah ditempati
oleh jenis Blattella germanica dengan nilai penting sebesar 6,24%.
4.1.4
Kisaran
Parameter Lingkungan pada Perkebunan Kopi (Coffea
sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro
Kabupaten Tabalong
Berdasarkan hasil pengukuran parameter lingkungan
seperti suhu udara, suhu tanah, kelembaban
udara, pH tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah, intensitas cahaya, dan
ketinggian tempat yang telah dilaksanakan pada siang dan malam hari, didapatkan
kisaran hasil pengukuran parameter lingkungan pada perkebunan kopi (Coffea sp) yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Pada
Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa
Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
No
|
Parameter
lingkungan
|
Kisaran
Parameter
|
|
Siang
|
Malam
|
||
1
|
Suhu
udara (ͦ C)
|
27,00-28,00
|
29,00-30,00
|
2
|
Suhu
tanah (ͦ C)
|
25,00-27,00
|
28,00-30,00
|
3
|
Kelembaban
udara (%)
|
92-94
|
93-95
|
4
|
Intensitas
cahaya (K.Lux)
|
1,48-2,86
|
0
|
5
|
pH
tanah
|
6,4-6,8
|
6,4-6,8
|
6
|
Kelembaban
tanah (%)
|
40,00-60,00
|
40,00-65,00
|
7
|
Ketinggian
tempat (m.dpl)
|
110
|
110
|
Berdasarkan Tabel 6 diatas hasil
pengukuran parameter lingkungan pada perkebunan kopi (Coffea sp) pada
pengamatan siang hari dan malam hari suhu udara berkisar antara 27,00-28,00oC,
28,00-30,00oC, suhu tanah yaitu 25,00-27,00oC, 28,00-30,00oC,
selanjutnya kelembaban udara 92-94%, 93-95%, intensitas cahaya 1,48-2,86,
1,24-2,52 lux, pH tanah 6,4-6,8, 6,4-6,8 , kelembaban tanah 40,00-60,00%, 40,00-65,00% , ketinggian tempat 110 mdpl.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Jenis-jenis Arthropoda Permukaan Tanah pada
Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten
Tabalong
Jenis arthropoda yang ditemukan
pada perkebunan kopi terdapat 12 jenis yaitu Glomeris margianata, Blattella
germanica, Blattella orientalis, Camponotus pennsylvanicus, Ceuthophilus sp,
Cicindela aurulenta, Cordiocondyla wroughtoni, Gryllus penncylvanicus, Lycosa gulosa,
Lasius niger, Oecophylla smaragdina, Triotoma infastans. Jenis yang
ditemukan tersebut termasuk dalam 3 Kelas yaitu, Insekta, Arachnida, Diplopoda
serta terdapat 6 famili yaitu, Glomeridae, Hymenoptera, Aranidae, Orthoptera,
Hemiptera, Blattaria . Dari Kelas dan famili tersebut yang terbanyak ditemukan
adalah insekta dan famili terbanyak adalah formicidae. Kelas insekta atau
serangga merupakan jenis yang terbesar, hal ini disebabkan oleh daya tahan
tubuhnya yang baik, cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannyadan
penyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub
(http://upikke.staff.ipb.ac.id/tag/kelas-insecta/)
Famili Formicidae merupakan famili terbanyak yang ditemui baik pada penelitian
siang hari maupun malam hari. Menurut Lilies (1991 : 195) famili Formicidae ini ditemukan hampir di semua
tempat, di bangkai tanaman, rongga atau celah di dalam bangunan atau tanah.
Famili yang terendah ditemukan adalah
Julidae dari jenis Glomeris marginata, rendahnya
spesies ini ditemukan bisa disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung atau tidak tersedianya banyak makanan. Menurut Yuanita (2007) suatu
hewan dapat hidup berhasil pada suatu lingkungan tertentu, maka lingkungan
harus mampu menyediakan berbagai keperluan untuk kelangsungan daur hidupnya.
Oleh karena itu sifat-sifat suatu lingkungan tidak hanya tergantung pada
kondisi fisik dan kimia, tetapi juga pada kehadiran organism lain.
4.2.2 Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada
Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa
Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
Tinggi
rendahnya keanekaragaman arthropoda di kawasan penelitian ini dapat di lihat
dari indeks keanekaragaman (H’). Indeks
keanekaragaman digunakan untuk menunjukkan hubungan jumlah individu dengan
jumlah individu yang menyusun suatu komunitas.
Berdasarkan
tabel 3 hasil perhitungan terhadap indeks keanekaragaman Arthropoda menurut
Shannon-Winner (H’) dalam (Odum,1998) diperoleh Indeks keanekaragaman yang di
tempati pada siang hari yaitu sebesar 1,79 terdapat 7 jenis yang berbeda,
indeks keanekaragamn yang di tempati pada malam hari yaitu sebesar 2,31 jenis
yang berbeda.
Dari
tabel 3 dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman pada siang hari di
perkebunan kopi (Coffeae Sp) desa
Muang kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong indeks keanekaragaman (H’) relatif
sedang karena berkisar antara 1,79-2,31. Pada siang hari indeks keanekaragaman
yaitu 1,79 dan pada malam hari Indeks keanekaragaman yaitu 2,31.
Berdasarkan
kriteria keanekaragaman suatu organisme bahwa keanekaragaman dapat dikatakan
tinggi jika H’>3, keanekaragaman tergolong sedang jika H’= 1-3, dan
tergolong rendah jika H’<1, menurut Shannon-Winner dalam Fahrul (2006).
Sehingga berdasarkan kriteria tersebut keanekaragaman Arthropoda pada siang
hari dan malam hari tergolong sedang karena H’ nilai 1-3. Hal ini disebabkan
oleh faktor lingkungan di perkebunan tersebut dalam kondisi yang sesuai dan
mendukung terhadap keberadaan dan pertumbuhan Arthropoda. Sumber makanan dan
faktor-faktor lingkungan yang berada pada daerah perkebunan sangat sesuai
dengan adaptasi dan perkembangan arthropoda tersebut.
Keadaan
lingkungan di perkebunan sangan menunjang dalam kelangsungan reproduksi karena daerah
tersebut cocok untuk jenis hewan arthropoda. Adapun faktor lingkungan yang
mendukung pada siang hari seperti suhu udara 27,00-28,00oC,
kelembaban udara 92-94%, pH tanah 6,4-6,8, Kelembaban tanah 40,00-60,00%,
intensitas cahaya 1,48-2,86 K.lux, dan ketinggian tempat 110m.dpl. Sedangkan
pada malam hari suhu udara 29,00-30,00oC, kelembaban udara 93-95%,
pH tanah 6,4-6,8, kelembaban tanah 40,00-65,00%, intensitas cahaya 0 dan
ketinggian tempat 110 m.dpl. Sehingga keanekaragaman diperkebunan tersebut
sangat penting dalam menunjang perkembangan Arthropoda.
Keberadaan
suatu organisme pada suatu tempat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan makanan.
Ketersediaan makanan dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup bagi
suatu organisme akan meningkatkan populasi dengan cepat. Sebaliknya, jika
keadan tersebut tidak mendukung maka akan dipastikan bahwa organisme tersebut
akan menurun (jumar, 2000).
Sedangkan
menurut (Michael, 1994) bahwa keanekaragaman yang tertinggi menunjukkan suatu
komunitas itu memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas terjadi
interaksi jenis yang tinggi pula, jumlah jenis dalam suatu komunitas adalah
penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman jenis nampaknya bertambah bila
komunitas menjadi dalam keanekaragaman.
4.1.5
Kemelimpahan
Arthropoda Permukaan Tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang
Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
Kemelimpahan
ditentukan oleh gabungan pengaruh beberapa faktor serta semua proses mengenai
populasi. Untuk menentukan kemelimpahan jenis Arthropoda permukaan tanah pada
perkebunan kopi (Coffeae Sp) dapat diketahui
dari nilai penting (NP) yang ditemukan oleh frekuensi kehadiran dan kerapatan
individu atau sebaliknya seperti tabel 4 dan 5.
Berdasarkan
tabel 4 dan 5, kemelimpahan tertinggi yang di dapat pada siang hari ditempati
oleh Oecophylla smaragdina dengan NP
56,93%, sedangkan pada malam hari ditempati oleh Oecophylla smaragdina dengan NP sebesar 34,37%. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan hewan
tersebut. Dari hasil pengukuran parameter lingkungan pada tempat penelitian
pada siang hari suhu udara 27,00-28,00oC,dan pada malam hari
29,00-30,00oC. menurut jumar (2000) kisaran suhu yang efektif bagi
serangga adalah diantara 15oC hingga 45oC, dengan suhu
optimum 25oC. hal ini menunjukkan bahwa kisaran suhu pada perkebunan
kopi tersebut efektif untuk pertumbuhan arthropoda.
Selain
suhu udara kelembaban yang sesuai juga sangat diperlukan oleh arthropoda pada
permukaan tanah. Dari hasil pengukuran kelembaban udara pada tempat penelitian
pada siang hari sebesar 92-94%, sedangkan pada malam hari 93-95% dan kelembaban
tanah pada siang hari sebesar 40,00-60,00%, sedangkan pada hari berkisar
40,00-65,00%. Berdasarkan penelitian Yanto (2011) pada daerah penelitian
kelembaban udara berkisar antara 72-84%, kelembaban tanah berkisar antara
40-60%, dan menurut Rahmi (2002) pada daerah penelitian kelembaban udara
berkisar 50-60%, kelembaban tanah berkisar antara 29,5-40%. Dengan demikian
dapat diketahui Arthropoda pada permukaan tanah hidup pada kelembaban udara
50-90% dan kelembaban tanah 29,5-77%.
Hasil
pengukuran pH tanah pada siang hari maupun pada malam hari kisaran 6,4-6,8, pH
tanah sangat penting dalam ekologi hewan karena keberadaan serta kepadatan
hewan tanah sangat bergantung pada pH tanah. Hewan tanah ada yang memilih hidup
pada tanah yang pHnya asam dan ada pula yang senang pHnya basa (suin,1989).
Menurut
jumar (2000), beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap
cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi hari, siang, sore
atau pun malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan
distribusi lokalnya.
Faktor
lingkungan lainya adalah ketinggian tempat. Menurut borror,dkk (1992) serangga
dapat dijumpai dari daerah dataran rendah hingga daerah dataran tinggi.
Beberapa famili dari serangga masih dapat ditemukan pada ketinggian gunung
mencapai 1300 m.dpl. hasil pengukuran ketinggian tempat pada kawasan penelitian
ini adalah 110 m.dpl. dengan demikian Arthropoda masih mampu bertahan hidup di
daerah penelitian ini.
Sedangkan
kemelimpahan terendah pada siang hari ditempati oleh Glomeris marginta dengan NP sebesar 8,04%, dan pada malam hari
ditempati oleh Blatella germanica
dengan NP sebesar 6,24%. Rendahnya kemelimpahan dari jenis kelabang dan kecoa
baik siang maupun malam hari dikarenakan habitatnya kurang banyak ditemukan
terbukti dengan nilai kerapatan dan frekuensi kehadiran yang sedikit
dibandingkan jenis lainnya. Hal ini disebabkan karena kemampuan beradaptasi
jenis yang tidak cocok dan kalah dalam persaingan. Persaingan antar jenis dapat
terjadi karena setiap jenis memerlukan makanan, tempat hidup, cahaya, dan
kebutuhan lainnya yang sama (Jumar, 2000).