Minggu, 18 November 2012

keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah


1.1  Latar Belakang
         Tanah merupakan tempat tinggal berbagai bentuk  yang terhitung jumlahnya, baik berupa tanaman, hewan maupun mikroba. Kehidupan hewan sangat tergantung pada habitatnya karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu spesies hewan tanah sangat ditentukan oleh keadaan daerah.(Michael, 1995)
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam, mulai dari Protozoa, Porifera, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata. Hewan tanah dapat pula dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya, dan kegiatan makanannya (Suin, 2003:68). Pada permukaan tanah terdapat banyak makhluk hidup terutama hewan yang sebagian besar dihuni oleh jenis-jenis Arthropoda. Hewan-hewan itu umumnya menggunakan sumber daya yang ada dipermukaan untuk melangsungkan aktivitas kehidupannya.
Hewan tanah mempunyai arti penting dalam proses pembentukan lahan yang merupakan substrat bagi tanaman, misalnya untuk stabilitas air tanah, dan sebagai sumber mineral. Hewan tanah cepat bereaksi terhadap akibat pengolahan tanah. Ada hewan tanah yang menguntungkan bagi tanaman dan ada juga hewan tanah yang dapat merusak tanaman.
Arthropoda merupakan phylum terbesar dari animal kingdom. Jumlah spesies dalam arthropoda lebih banyak daripada semua spesies dari phyla lain. Arthropoda merupakan hewan yang dominan dalam dunia ini (Jasin, 1987:153). Anggota phylum Arthropoda telah berhasil diketahui dan diberi nama sebanyak 80% (Jumar, 2000:5). Karena Arthropoda merupukan phylum yang terbesar maka mereka terdapat dimana-mana, baik itu di hutan, dataran rendah maupun dataran tinggi.
Peranan serangga dalam kehidupan manusia baik yang menguntungkan dan merugikan.  Peranan serangga yang mengutungkan adalah sebagai berikut; penyerbukan tanaman , penghasil produk, bersifat entomofagos (predator dan parasitoid), pemakan bahan organik  pemakan gulma sebagai bahan penelitian. Sedang peranan serangga yang merugikan adalah; perusak tanaman, perusak produk dalam simpanan, sebagai faktor  penyakit bagi tanaman, hewan maupun manusia (Jumar,2000).  
Arthropoda umumnya hidup di serasah-serasah sebagai tempat hidup dan sumber makanannya. Sisa-sisa tumbuhan membentuk bahan organik tanah yang bila terurai seluruhnya akan menjadi humus. Kondisi seperti ini tentunya dapat menyuburkan tanah dan baik untuk tanaman, terutama tanaman kopi.
Kopi (Coffea sp) adalah nama jenis tanaman pohon yang menghasilkan biji kopi. Ada 2 jenis kopi yaitu kopi robusta dan kopi arabika, saat ini kopi menjadi komuditi ekspor bagi Negara kita . kopi tumbuh lambat mencapai 1 meter per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 5 meter. Batang pohon kopi kuat dan biasanya terdapat banyak cabang, dengan kayu keras dan cocok untuk bahan peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus dan berkilau. Bunganya putih dan wangi, menggelung seperti bentuk bintang laut
        Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi. Kopi tumbuh baik dengan ketinggian daerah antara 1700-1750m dan suhu antara 16-12oC. iklim kering atau daerah-daerah kering 3bulan pertahun secara berturut-turut yang sesekali terdapat hujan kiriman. Kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah yang banyak, tetapi menyukai jumlah sinar matahari yang teratur, sinar matahari yang banyak akan menyebabkan penguapan dari tanah maupun dari daun yang gilirannya akan menguap dan itu akan mengganggu proses fotosintesis dan juga akan berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga.
Kopi merupakan bukan tumbuhan asli Indonesia yang mempunyai manfaat sebagai salah satu bumbu yang kerap dipakai di berbagai jenis masakan Indonesia dan Kemiri juga  berkhasiat untuk mengobati antara lain mengurangi resiko kanker payuda, penyakit jantung, diabetes, sirosis, penyakit parkiston, melindungi dan mencegah penyakit saraf.
Desa Muang terletak di Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Desa ini terletak di dataran tinggi, mempunyai tanah yang kering dan subur sehingga memungkinkan hidupnya binatang-binatang seperti Arthropoda, Anellida, dan Mollusca. Dan Desa ini juga merupakan salah satu sumber informasi untuk  mengetahui keberadaan Arthropoda yang nanti akan menjadi objek penelitian saya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Keragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada perkebunan kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.

1.2           Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1.         Jenis-jenis Arthropoda permukaan tanah apa saja yang dijumpai pada Perkebunan Kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong?
2.         Bagaimana keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah pada Perkebunan kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong?
3.         Bagaimana kemelimpahan Arthropoda permukaan tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea. sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong?


1.2.2.   Batasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas dapat ditentukan batasan masalah, yaitu:
1.       Arthropoda yang akan diteliti adalah Arthropoda permukaan tanah yang dapat dilihat dengan mata.
2.      Arthropoda yang termasuk dalam larva atau telur tidak dimasukkan dalam hitungan.

1.3           Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian diatas adalah :
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis Arthropoda permukaan tanah yang terdapat pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
2.      Untuk mengetahui keragaman Arthropoda yang terdapat pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
3.      Untuk mengetahui kemelimpahan Arthropoda yang terdapat pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.

1.4 .  Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1.      Sebagai informasi masyarakat umum terutama penduduk Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.  
2.      Sebagai bahan masukkan bagi mahasiswa Jurusan Biologi khususnya yang mengambil mata kuliah Ekologi Hewan dan ­­­Zoologi Invertebrata.
Sebagai bahan koleksi dan media pembelajaran

 
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Keanekaragaman dan Kemelimpahan
Keanekaragaman adalah suatu keadaan makhluk hidup yang bermacam-macam. Keanekaragaman yang dapat dilihat dari adanya perbedaan bentuk, ukuran, struktur, warna, fungsi, organ, dan habitatnya. Keanekaragaman makhluk hidup yang terdapat diantara individu sejenis disebut variasi. Lingkungan yang berperan penting dalam penganekaragaman makhluk hidup karena makhluk hidup harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar tetap hidup. Karena jumlah individu serta keanekaragamannya begitu besar, maka untuk mengenal dan mempelajari setiap individu perlu diklasifikasikan.
Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena dalam komunitas terjadi interaksi jenis yang tinggi pula. Jumlah spesies dalam komunitas  adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman jenis nampaknya bertambah bila komunitas menjadi stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keanekaragaman. Keanekaragaman yang besar juga mencirikan sejumlah besar corak (Michael,1994:268).
Kenekaragaman cenderung jadi tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah dalam komunitas yang baru tertbentuk. Sementara produktivitas atau arus energi seluruhnya jelas mempengaruhi keanekaragaman jenis, kedua kualitas itu tidak berhubungan dalam cara linier yang sederhana manapun (Odum, 1993:187).
 Kemelimpahan adalah jumlah jenis pada suatu area atau lokasi tertentu. Kemelimpahan mengacu kepada jumlah jenis-jenis struktur dalam komunitas. Kemelimpahan suatu jenis dapat didefinisikan sebagai jumlah individu perkuadrat. Kemelimpahan suatu individu biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total jenis yang ada dalam komunitas, dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Dalam pengambilan sampel bagi kemelimpahan suatu jenis, individu-individu jenis harus dihitung dan bukan sekedar keberadaan atau ketidakhadiran jenis yang dilakukan seperti pada saat mempelajari frekuensi jenis. Secara bersama-sama, kemelimpahan dan frekuensi sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

2.2         Pengertian dan Ciri-ciri Arthropoda   
Arthropoda berasal dari kata Arthos yang berarti sendi atau ruas dan podos berarti kaki. Jadi Arthropoda artinya binatang yang kakinya beruas-ruas atau berbuku-buku. Semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruas-ruas dimasukkan dalam filum Arthropoda. Ruas-ruas itu tidak hanya tampak pada kakinya, melainkan juga pada seluruh tubuhnya (Reacee dkk,2000:236).
Arthropoda merupakan phylum terbesar dari animal kingdom. Jumlah jenis dalam Arthropoda lebih banyak daripada semua jenis dari phyla lain. Arthropoda merupakan hewan yang dominan dalam dunia lain (Jasin, 1987:153)
 
 Menurut Jumar (2000:118), ciri-ciri khusus dari Arthropoda adalah:
1.        Tubuh beruas-ruas
2.        Kaki beruas-ruas
3.        Eksoskleton (dinding tubuh) berkitin dan beruas-ruas
4.        Alat mulut beruas dan dapat beradaptasi untuk cara makan
5.        Rongga tubuh merupakan rongga darah
6.        Bernafas dengan permukaan tubuh, insang, trakea atau paru-paru
7.        Alat pencernaan makanan berbentuk tabung, terletak disepanjang tubuh
8.        Alat pembuangan melalui pipa panjang pada rongga tubuh
Filum Arthropoda terbagi dalam lima kelas yaitu :
1.        Crustacea
  Crustacea merupakan satu kelompok besar yang bervariasi dari Arthropoda, kebanyakan dari hewan ini adalah binatang laut, tetapi banyak yang terdapat di air tawar dan beberapa adalah binatang darat. Ordo yang paling umum dalam kelas ini adalah Ordo Isopoda. Isopoda adalah kutu-kutu yang berwarna kehitam-hitaman, kelabu, atau kecokelat-cokelatan, yang biasanya terdapat di batu-batu atau di bawah kulit kayu (Borror, dkk 1992:172-179).
2.        Diplopoda
    Menurut Kastawi, dkk (2001:216) Diplopoda disebut juga millipede. Tubuh berbentuk subsilindrik, terdiri atas 25 sampai 100 segmen, dan jumlah tersebut tergantung jenisnya. Hampir pada setiap segmen membawa 2 pasang apendik yang kemungkinan berasal dari dua fungsi segmen, dua pasang spirakel, ostia, dan ganglia saraf.
Kaki seribu (Diplopoda) adalah hewan mirip cacing, dengan kaki berjalan (dua pasang per segmen) yang jumlahnya besar, meskipun kurang seribu dari seperti namanya. Mereka memakan daun-daunan yang membusuk dan bahan tumbuhan lain (Campbell, 2003:234)
3.             Kelas Chilopoda
Tubuh pipih dorso-ventral dan terdiri atas 15 sampai 173 segmen, yang setiap segmen tubuh membawa sepasang kaki kecuali dua segmen terakhir dan satu segmen tepat di belakang kepala (Kastawi, dkk. 2001:215). Kepalanya memiliki sepasang antena dan tiga pasang anggota badan yang dimodifikasi sebagai bagian mulut, yang meliputi mandibula yang mirip rahang. Masing-masing segmen bada memiliki satu pasang kaki berjalan (Campbell, dkk, 2003:234).
4.        Kelas Insekta
Insekta atau serangga disebut juga Hexapoda merupakan kelas yang terbesar di dalam Arthropoda, beranggotakan kurang lebih 675.000 jenis yang terbesar disemua penjuru dunia.  Merupakan invertebrata yang hidup ditempat yang kering dan dapat terbang. Habitat insekta disemua tempat, kecuali di laut. Sebagian hidup di dalam air tawar, tanah lumpur, parasit pada macam-macam tumbuhan atau hewan lainnya (Jasin, 1987:159-160).
 Menurut Jasin (1987:172) kelas insekta terdiri atas sub kelas Apterygota dan sub kelas pterygota. Sub kelas Apterygota terdiri dari:
a.         Ordo Orthoptera
 Yang termasuk dalam ordo ini adalah belalang, jangkrik dan lain-lain. Wujudnya cukup besar, alat mulut mengigit, sayap muka agak sempit, dari bahan perkamen dan bervena, sebagian besar pemakan Tanam-tanaman (Jasin, 1987:174).
b.        Ordo Coleoptera
 Ukuran tubuh bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar, alat mulut tipe penggigit. Sayap muka adalah tebal dan tanpa pembuluh darah, bertemu satu sama lain di garis median dorsal, sayap belakang berupa membrane dengan sedikt pembuluh darah, terlipat di bawah sayap muka. Beberapa metamorphosis sempurna (Jasin, 1987:190).
c.         Ordo Hymenetoptera
    Sayap-sayap secara relative mengandung beberapa rangkap sayap, dan pada beberapa bentuk yang kecil tidak terdapat rangka-rangka sayap sama sekali. Bagian-bagian mandibulat, tetapi kebanyakan terutama lebah-lebah, labium dan maksillae membentuk struktur seperti lidah melalui alat itu makanan cair di ambil (Borror, 1992:824)
d.        Ordo Mantodea
 Belalang sembah adalah serangga-serangga yang agak bergerak lamban, besar dan memanjang yang penampilannya menakjibkan karena keanehan tungkai-tungkai depan mereka yang mengalami modifikasi. Serangga-serangga ini adalah pemangsa tingkat tinggi dan memakan segala macam serangga (Borror, 1992:287).
5.         Kelas Arachinida
                           Menurut Kastawi, dkk (2001:203) anggota kelas ini antara lain laba-laba, kalajengking dan tungau. Hewan-hewan tersebut tidak memiliki antenna juga rahang sesungguhnya. Arachinida memiliki sefalotorak dengan enam pasang anggota badan chelicereae, sepasang anggota badan yang disebut pedipalpus yang umumnya berfungsi dalam penginderaan atau pengambilan makanan, dan empat pasang kaki untuk berjalan (Campbell, dkk, 2003:233).

2.3              Penelitian yang Relevan
       Menurut Kartini.S. (2006) ada 10 jenis arthropoda yang ditemukan pada permukaan tanah di perkebunan duku di Desa Malutu Kecematan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan baik pada siang hari maupun malam hari. Kemelimpahan tertinggi pada siang hari terdapat pada semut merah kecil (Formuca rupa) dengan NP sebesar 74,53% dan kemelimpahan terendah terdapat pada jangkrik tanah (Allenimobius fasciatus) dengan NP sebesar 7,59%. Sedangkan pada malam hari kemelimpahan tertinggi masih terdapat pada semut mereh kecil (formuca rupa) dengan NP sebesar 56,57% dan kemelimpahan terendah pada kumbang ( Tribolium confustern) dan kaki seribu ( Oxidus gracilis) dengan NP sebesar 7,57%
Menurut Adawiyah (2005) ada 14 jenis hewan yang ditemukan di kebun rambutan Kabupaten Batola seperti Blatella germanica L, Blatta Orientalis L,  Blatella sp,   Formica sp, Formica fusca, Frimica sp, Geomyrzaprinus sp, Gryllus sp, Julus terrestris, Leptopterna dolobrata, Lycosa fibrilis, Monomorium minimum, Odontomachus pubctulatus, Scolopendra obscura, diantara jenis ini yang paling melimpah adalah Formica rupa (semut merah kecil) yaitu (74,99 %) sedangkan yang paling terendah adalah Geomyleaprumus sp (6,62 %).
 Berdasarkan penelitian Baihakki (1999) keanekaragaman dan kemelimpahan Arthropoda permukaan tanah pada di Gunung Mandiangin Kabupaten Banjar pada ketinggian berbeda, bahwa kemelimpahan Arthropoda permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Kemelimpahan tertinggi terdapat pada daerah lembah, baik pada pengambilan sampel Arthropoda permukaan  tanah pada waktu siang hari maupun pengambilan sampel Arthropoda pada waktu malam hari, kemudian disusul oleh daerah lereng dan daerah puncak. Keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, dimana keanekaragaman tertinggi terdapat di daerah lembah kemudian lereng dan keanekaragaman terendah terdapat pada daerah puncak. Indeks similaritas (keaasaman) Arthropoda permukaan tanah pada ketiga ketinggian berbeda menunjukkan pola penyebaran tipe berkelompok. Dan faktor lingkungan daerah penelitian di gunung Mandiangin ternyata masih dalam kisaran toleransi untuk kelangsungan hidup Arthropoda permukaan tanah maupun organisme lainnya

2.4              Sifat-Sifat Faktor Lingkungan
Suatu hewan dapat hidup berhasil pada suatu lingkungan tertentu, maka lingkungan harus mampu menyediakan berbagai keperluan untuk kelangsungan daur hidupnya. Oleh karena itu sifat-sifat suatu lingkungan tidak hanya tergantung pada kondisi fisik dan kimia, tetapi juga pada kehadiran organisme lain (Yuanita, 2007).
Beberapa faktor yang saling terkait satu sama lainnya yang mendukung kehidupan arthropoda adalah :
1.        Suhu Tanah
Suhu Tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan sangat menentukan tingkat dekomposisis material organik tanah terhadap pelapukan induk. Suhu sangat besar peranannya. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 2003:10).
2.             Kelembaban
Menurut Odum 1993 kelembaban memberikan efek membatasi terhadap organisme apabila keadaan ekstra, yakni apabila keadaan sangat rendah atau tinggi. Menurut Michael (1994) kandungan uap air itu sendiri atau bersama-samadengan suhu merupakan faktor yang paling mempengaruhi ekologi makhluk-makhluk hidup di darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban atmosfer, air tanah untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan banyak hewan-hewan darat seperti Mollusca, Amfhibia, Isopoda, Nematoda sejumlah insekta dan Arthropoda lainnya ditemukan hanya pada habitat-habitat atmosfer jenuh dengan uap air.
3.        pH Tanah
keberadaan dan kepadatan hewan tanah sangat tergantung pada pH tanah. Hewan tanah ada memilih hidup pada tanah yang pH nya asam dan pula yang senang dengan pH basa, serta pada pH asam dan basa. Hewan tanah yang hidup pada pH asam disebut golongan asidofil pada collembolan yang pH nya kecil dari 6,5. Sedangkan yang hidup pada pH basa disebut golongan karsinofil pada collembolan dan disebut metrofil pada acerina dengan pH berkisar antara 6,5-7,5. Dan hewan yang hidup pada pH asam dan basa disebut golongan indiferen pada collembolan dan pada acerina disebut basofil dengan pH diatas 7,5 (Suin 2003:22)
4.        Kadar Organik Tanah
 Material organik tanah merupakan sisa tumbuhan, hewan dan organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi maupun yang sedang mengalami dekomposisi manjadi humus yang warnanya cokelat sampai hitam, dan bersifat koloidal. Komposisi dan jenis serasah itu menentukan kepadatan populasi organisme tanah yang hidup disana dan banyaknya tersedia serasah itu menentukan kepadatan hewan tanah.hewan tanah karnivora makanannya adalah jenis hewan tanahlainnya termasuk saprovora, sedangkan hewan tanah yang tergolong koprovora memakan sisa atau kotoran saprovora dan karnivora. Organisme yang tergolong mikroplora juga sangat tergantung pada kadar mineral organik tanah sebagai penyedia bagi kehidupan (Suin 2003:24).
5.             Cahaya
   Aktivitas Arthropoda tanah dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore, malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya
.
2.5          Tinjauan Tentang Tanaman kopi
   Kopi (Coffea sp) adalah nama jenis tanaman pohon yang menghasilkan biji kopi. Ada 2 jenis kopi yaitu kopi robusta dan kopi arabika, saat ini kopi menjadi komuditi ekspor bagi Negara kita . kopi tumbuh lambat mencapai 1 meter per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 5 meter. Batang pohon kopi kuat dan biasanya terdapat banyak cabang, dengan kayu keras dan cocok untuk bahan peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus dan berkilau. Bunganya putih dan wangi, menggelung seperti bentuk bintang laut
 Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi. Kopi tumbuh baik dengan ketinggian daerah antara 1700-1750m dan suhu antara 16-12oC. iklim kering atau daerah-daerah kering 3bulan pertahun secara berturut-turut yang sesekali terdapat hujan kiriman. Kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah yang banyak, tetapi menyukai jumlah sinar matahari yang teratur, sinar matahari yang banyak akan menyebabkan penguapan dari tanah maupun dari daun yang gilirannya akan menguap dan itu akan mengganggu proses fotosintesis dan juga akan berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga.
Kopi merupakan bukan tumbuhan asli Indonesia yang mempunyai manfaat sebagai salah satu bumbu yang kerap dipakai di berbagai jenis masakan Indonesia dan Kemiri juga  berkhasiat untuk mengobati antara lain mengurangi resiko kanker payuda, penyakit jantung, diabetes, sirosis, penyakit parkiston, melindungi dan mencegah penyakit saraf.
              Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Ordo : Genteanales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffeae
Spesies : Coffea sp

2.6              Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian
                Lokasi Perkebunan kopi yang akan menjadi objek penelitian ini berada di Desa Muang kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Perkebunan ini termasuk daerah bukit pegunungan dimana wilayahnya terdiri atas hutan, perkebunan, dan pemukiman warga. Yang mana mempunyai tanah yang kering dan subur sehingga memungkinkan hidupnya binatang-binatang seperti Arthropoda. Pohon kemiri memiliki luas kurang lebih 1 hektar yang sebagian besarnya digunakan untuk areal perkebunan, biasanya perkebunan kopi berada pada ketinggian 0-1000 m. Daerah muang merupakan dataran tinggi yang memiliki beragam perkebunan misalnya perkebunanan karet, perkebunan cabe jawa dan perkebunan kopi.
        Batas wilayah Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong adalah :
1.             Sebelah Timur: Desa Muang
2.             Sebelah Selatan : Desa Lumbang/Taratau
3.             Sebelah Utara : Desa Namun / Pianang
4.             Sebelah Barat : Desa Nalui/Sempalang 1.
 
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu pengambilan data dengan melakukaan observasi lapangan, dangan cara menggunakan Pitfall trap (perangkap jebakan) untuk menjebak Arthropoda permukaan tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.

3.1           Waktu dan Tempat Pelaksaan
   Waktu penelitian dari membuat proposal sampai penyusunan hasil adalah selama 5 bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan juli. Tempat penelitiaan ini akan dilaksanakan pada perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.

3.2      Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis Arthropoda permukaan tanah yang ada di Perkebenan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Sampel penelitian adalah Arthropoda permukaan tanah yang terperangkap /terjebak dalam perangkap.

3.3      Bahan yang digunakan adalah :
1.    Sabun deterjan digunakan untuk memancing Arthropoda dengan aromanya yamg khas.
2.    Formalin digunakan untuk mengawetkan sampel hasil penelitian.

3.4           Alat yang digunakan adalah :
1.                Atap seng.
2.                Botol jebakan dengan diameter 9 cm dan tinggi 10 cm untuk menampung arthropoda tanah yang tertangkap.
3.                Botol minuman air mineral, untuk menyimpan arthropoda.
4.                Luv, untuk mengamati Arthropoda tanah hasil penangkapan.
5.                  Soil tester, digunakan untuk mengukur kelembaban (%) dan pH tanah
6.                  thermometer batang, untuk mengukur suhu lingkungan daerah penelitian (Co ).
7.                Lux meter, untuk mengukur intensitas cahaya (lux bath).
8.                Hygrometer, untuk mengukur kelembaban udara (%).
9.                Altimeter untuk mengukur ketinggian tempat,
10.              Kertas label berfungsi untuk membedakan botol plastik satu     dengan yang lain.
11.              Milimeter blok berfungsi untuk mengukur tubuh insekta yang di dapat.
12.            Cawan petri.
13.            Penggali lubang (sekop, parang).
14.            Kamera digital, untuk dokumentasi.

3.5            Prosedur penelitian
 Prosedur penelitian ini menggunakan 2 tahapan, yaitu :
3.5.1            Tahap persiapan
Adapun tahap-tahap yang harus dilaksanakan sebelum terjun kelapangan adalah sebagai berikut :
a.              Melakukan observasi pendahuluan.
b.             Membuat permohonan izin penelitian.
c.              Menyiapkan alat dan bahan penelitian.
3.5.2            Tahap pelaksanaan
a.              Menyiapkan alat dan bahan penelitian.
b.             Menetapkan 16 titik sampling atau pohon dengan jarak antar pohon 30 meter dan tiap titik sampling atau pohon ditetapkan 4 buah jebakan.
c.              Menggali lubang untuk meletakkan jebakan sedalam 10 cm sampai dengan 11 cm.
d.             Meletakkan botol jebakan atau pitfall trap pada pertengahan antara batang dengan kanopi terluar yang berisi air sabun sebanyak ±1/2 bagian botol.
e.              Melakukan proses penangkapan selama 12 jam, yaitu untuk Arthropoda siang dari pukul 06.00-18.00 malam dan untuk Arthropoda malam dari pukul 18.00-06.00 pagi.
f.              Tiap botol sampel pengambilan dan tiap-tiap titik sampling diberi label.
g.             Memilah dan menghitung jumlah tiap-tiap spesies yang ditemukan .
h.             Tiap-tiap spesies yang ditemukan dimasukkan ke dalam botol yang berisi formalin 1% untuk mengawetkan dan diberi label untuk keperluan identifikasi.
i.               Mendokumentasikan hasil pengamatan.
j.               Mengidentifikasi serangga dengan buku kunci determinasi Borror dkk (1992), Jumar (2000), Jasin (1987) dan Lilies (1991).
k.             Melakukan pengukuran faktor lingkungan pada saat pengambilan sampel dengan menggunakan teknik menurut P. Michael.
l.               Melakukan analisis data

3.6        Teknik Analisis Data
     Untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan Arthropoda yang diperoleh maka data yang di dapat dianalisis dengan perhitungan statistik dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1.             Untuk menghitung keanekaragaman dapat dihitung dengan indeks Diversitas (keanekaragaman) yaitu : H` = -pi ln pi
Dimana : H` = Indeks keanekaragaman
                Pi = Kemelimpahan proporsional dari jenis ke-I
                Pi = Ni/N
                Ni = J            umlah individu ke-I
                N = Jumlah individu keseleruh jenis dalam komunitas
Dalam penelitian ini, Indeks Diversitas (keanekaragaman) ditetapkan sebagai berikut :
              Rendah, apabila H<1
              Sedang, apabila H=1 _ 3
              Tinggi, apabila H >3
2.        Menghitung menggunakan rumus Nilai Penting (NP) menurut Michael (1994) untuk mengetahui kemelimpahan dengan rumus sebagai berikut:
              NP = FR=KR
              Keterangan :
              NP = Nilai Penting
              KR = Kerapatan Relatif
              FR = Frekuensi Relatif
               Dimana :
                                    Frekuensi (F )=  
Frekuensi Relatif (FR) = ×100%
                     Kerapatan (K)=
               Kerapatan Relatif (KR) = x100%
3.             Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan Indeks menurut Shannon-Winner (Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut :
H΄ =  Σ (Pi) (Ln Pi)
Pi =
Keterangan :
Pi = kemelimpahan proposional dan jenis ke-I, sehingga Pi = nilai indeks
Ni = jumlah individu jenis ke-I
N = Jumlah individu keseluruhan jenis ke dalam komunitas
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1        Hasil Penelitian

4.1.1        Jenis Arthropoda Permukaan Tanah yang ditemukan Pada Perkebunan Kopi (coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong, dengan menggunakan alat jebak berupa pit faal trap (perangkap jebakan) ditemukan 12 jenis Arthropoda yang termasuk dalam 3 Kelas yaitu, Insekta, Arachnida, Diplopoda, 3 kelas tersebut terdiri atas 6 ordo yaitu,glomerida, Hymenoptera, Araenidaae, Orthoptera, Hemiptera, Blattaria,dan terdapat 7 famili yaitu, Glomeris marginata, Cicindalidae , Formicidae, Lycosidae, Bllattidae, Gryllidae, Reduviidae,  dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Jenis-jenis Arthropoda Permukaan Tanah yang ditemukan Pada Perkebunan Kopi (coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong
No
Jenis
Kelas
Ordo
Famili
Nama local
1
Ceuthophilus sp
Insekta
Orthoptera
Rhaphidophoridae
Jangkrik gua
2
Camponotus pennsylvanicus
Insekta
Hymenoptera
Formicidae

Semut hitam besar 
3
Lasius niger
Insekta
Hymenoptera
Formicidae

Semut tanah hutan
4
Cordiocondyla wroughtoni
Insekta
Hymenoptera
Formicidae 
Semut api
5
Glomeris marginata
Diplopoda
glomerida

glomeridae
Udang-udangan
6
Lycosa gulosa
Arachnida
Araneida
Lycosidae
Laba-laba peluncur
7
Blattella germanica
Insekta
Orthoptera
Blattidae
Kecoak
8
Oecophylla smaragdina
Insekta
Hymenoptara
Formicidae
Semut Rang-rang
9
Gryllus pennsylvanicus
Insekta
Orthoptera
Gryllidae
Jangkrik
Lanjutan tabel 1 jenis-jenis arthropoda permukaan tanah
10
Blatta orientalis
Insekta
Orthoptera
Blattidae
Kecoak hutan
11
Triatoma infestans
Insekta
Hemiptera
Reduviidae
Kepik
12
Cicindela aurulenta
Diplopoda
 Coleoptera
Cicindelidae
Kumbang macan

Deskripsi dan klasifikasi masing-masing jenis insekta malam yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1.      Jangkrik gua (Ceuthophilus sp)

Hasil pengamatan:
Gambar 1: (Ceuthophilus sp)



Hewan ini mempunyai ciri warna cokelat muda dan mempunyai corak yang lebih muda diseluruh tubuh, panjang tubuh spesies ini sekitar 12-33 mm, habitat spesies ini di dalam gua atau di bawah bebatuan, keluar pada malam hari, makanan utama spesies ini adalah serangga yang lebih kecil, atu kotoran kelelawar, berkembang biak dengan cara bertelur.
Klasifikasi:
                   pilum        : Arthropoda
        kelas        :Insecta
        Ordo        :Orthoptera
        Famili      : Rhaphidophoridae
        Genus      : Ceuthophilus
        Spesies     : Ceuthophilus sp.

2.      Semut hitam besar (Camponotus pennsylvanicus)

Hasil pengamatan
Gambar 2: (Camponotus pennsylvanicus)


Menurut suin (1997 : 107) hewan ini mempunyai ciri torak dan pedikal berduri-duri,tubuh hitam pekat, kepala oval, abdomen pendek bulat di depan, dan panjang badan kira-kira 12 mm, ditemukan hamper di semua tempat, sebagian besar akan mengigit apabila diganggu, hewan ini bersifat karnivora
Klasifikasi
Kingdom   :  Animalia
Phyllum    :  Arthropoda
kelas         :  Insecta
Ordo         :  Hymenoptera
Famili       :  Formicidae
Genus       :   Camponotus
Species     :  Camponotus pennsylvanicus





3.      Semut tanah hutan (Lasius niger)

Hasil pengamatan
Gambar 3: (Lasius niger)





        Hewan ini berukuran tubuh kira-kira 8-10 mm, pronotumnya melebar, bagian muka abdomen menyetingi warna, sebagian besar semut makan sisa-sisa zat yang telah mati, dan beberapa memakan biji-bijian
Klsifikasi:
Kingdom              : Animalia
Phylum                 : Arthropoda
Kelas                    ; Insekta
Ordo                     : Hymoneptera
Family                  : Formicidae
Genus                   : Formicida
Spesies                 : lasius negar






4.      Semut api (Cordiocondyla wroughtoni)

Hasil pengamatan
Gambar 4: (Cordiocondyla wroughtoni)

Semut ini termasuk kedalam semut pekerja, memiliki panjang tubuh 3-6mm, warna tubuh dan dan perutnya gelap, sedangkan kepalanya berwarna coklat tembaga, habitatnya ditanah tapi mereka lebih menyukai tinggal di benda-benda yang ada di permukaan tanah misalnya pada kayu gelondongan, jenis makanannya yaitu mengumpulkan cairan manis dan bisa juga memakan hewan-hewan yang telah mati seperti cacing, serangga dan hewan-hewan lainnya
Kingdom               : Animalia
Filum                     : Artropoda
Kelas                     : Insekta
Ordo                      : Hymenoptera
Family                   : Formicidae
Genus                    : Cordiocondylae
Spesies                   : Cordiocondyla wroughtoni




5.      Udang-udangan (Glomeris marginata)

Hasil pengamatan
Gambar 5: (Glomeris marginata)


Hewan ini merupakan salah satu jenis dari kelabang, tubuhnya terdiri dari kepala dan badan, sistem pernafasan dengan trakeayang tidak bercabang, hidup di bawah dedaunan, kayu-kayu yang lapuk, di bawah batu, dengan ukuran tubuh dewasa 20 mm, hewan ini dapat menggulung tubuhnya membentuk seperi bola
Filum         : arthropoda
Kelas         : diplopoda
Ordo          : glomerida
Family       : glomeridae
Genus        : glomeris
Spesies       : glomeris marginata












6.      Laba-laba peluncur (Lycosa gulosa)

Hasil pengamatan
Gambar 6: (Lycosa gulosa)



Hewan ini termasuk kelas Arachinida, ordo Araenida dan famili Lycosa sidae, abdomen oval dan bisanya tidak jauh lebih besar daricephalothorax. Kaki memanjang dan runcing, warna tubuh biasanya abu-abu, coklat hitam pudar. Pungguang coklat dengan rambut-rambut berwarna abu-abu, pada punggung terdapat gambaran berwarna putih, secara umumnya hewan ini pengembara dan sedikit saja yang diam bersembunyi atau tinggal didalam liang (Lilies, 1994 : 215)
Kingdom               : animalia
Filum                     : Arthropoda
Kelas                     : Arachnida
Ordo                      : Araenidae
Family                   : Lysosidae
Genus                    : Lycosa
Spesies                   : Lycosa gulosa


7.      Kecoa (Blattella germanica)

Hasil pengamatan
Gambar 7: (Blattella germanica)


        Hewan ini satu kelompok besar dari kecoak, berwarna coklat tua, tubuh seperti pil dan gepeng, antena membengkok kebelakang atau melengkung, torak dan abdomen dilindungi sayap, biasanya tinggal ditumpukan kayu atau di rumah-rumah.
Klasifikasi :
Kingdom              : Animalia
Filum                    : Arthropoda
Kelas                    : Insekta
Ordo                     : Blattaria
Famili                   : Blattellidae
Genus                   : Blattella
Spesies                 : Blattella germanica









8.      Semut rang-rang (Oecophylla smaragdina)

Hasil pengamatan
Gambar 8: (Oecophylla smaragdina)


Hewan ini umumnya aktif disiang maupun malam hari untuk mencari makan, tinggal berkoloni, dengan memiliki ciri-ciri kepala seperti segitiga, cembung, torak memanjang, sempit, metenotum cembung dan agak tinggi, pedikal 1 dan tegak lurus, mata agak ditengah-tengah kepala bagian depan, abdomen oval, kaki dan antenna panjang.
Klasifikasi:
Kingdom              : Animalia
Filum                    : Arthropoda
Kelas                    : Insekta
Ordo                     : Hymoneptera
Family                  : Formicidae
Genus                   : Smaragdina
Spesies                 : Oecophylla smaragdina




9.      Jangkrik (Gryllus pennsylvanicus)

Hasil pengamatan
Gambar 9: (Gryllus pennsylvanicus)


Hasil pengamatan, spesies ini berwarna hitam, antenna panjang dan halus seperti rambut, waktu istirahat sayap dilipat di atas tubuh, alat mulut menggigit dan mengunyah, panjang tubuhnya adalah 21 mm. Spesies ini termasuk dalam Famili Gryllidae. Menurut  (Lilies, 1991) dewasa umumnya berwarna hitam, nimpha kuning pucat dengan garis-garis coklat. Antenna panjang dan halus seperti rambut. Jenis jantan mempunyai gambaran cincin di sayap depan, pada betina mempunyai ovipositor panjang berbentuk jarum silindris. Dewasa akan hilang sayapnya setelah menetap di lingkungan sawah.
Klasifikasi :
Filum                    : Arthropoda
Kelas                    : Insekta
Ordo                     : Orthoptera
Famili                   : Gryllidae
Genus                   : Gryllus
Spesies                 : Gryllus pennsylvannicus
10.  Kecoa hutan (Blattella oriantalis)

Hasil pengamatan
Gambar 10: (Blattella oriantalis)


Hewan ini mempunyai panjang badan kira-kira 20-25 mm, berwarna coklat muda , tubuhnya bulat telor dan gepeng, kepala tersembunyi dari atas oleh pronotum, biasanya ada sayap-sayap, walaupun di beberapa jenis sayap-sayap tersebut mengalami penyusutan, sersi beruas 1 sampai banyak dan biasanya cukup panjang.
Klasifikasi :
Kingdom              : Animalia
Filum                    : Arthropoda
Kelas                    : Insekta
Ordo                     : Blattaria
Famili                   : Blattedae
Genus                   : Blatta
Spesies                 : Blatta oriantalis





11.  Kepik (Triatoma infastens)

Hasil pengamatan
Gambar 11: (Triatoma infastens)



Hewan ini mempunyai cirri-ciri tubuh pipih, ukuran sangat kecil sampai besar, yang bersayap pada bagian pangkal sayap menebal sedangkan ujungnya membraneus, antena panjang, alat mulut bertipe pencucuk pengisap yang muncul di bagian kepala, tidak mempunyai cerci, hidup di berbagai habitat, ada yang hidup di air,ada yang hidup di darat, beberapa bersifat farasit di vertebrata, ada yang bersifat sebagai hama, predator ataupun paktor penyakit
Phyllum        : Arthropoda
Class              :Insecta
Ordo              :Hemiptera
Famil              :Reduviidae

Genus        : Triatoma

 Species        : Triatoma infestans




12.  Kumbang macan (Cicindela aurulenta)

Hasil penelitian
Gambar 12: (Cicindela aurulenta)
Hewan ini bercirikan dengan sayap depan keras ,tebal, menanduk, tidak ada vena-venanya, berfungsi sebagai pelindung, ukuran tubuh kecil sampai besar, larva dan dewasa mempunyai alat mulut bertipe penggigit pengunyah, larva tidak mempunyai kaki abdominal, umumnya dengan 3 pasang kaki thorakal, hidup di berbagai ekosistem, bertindak sebagai hama
Species A
Phyllum        : Arthropoda
Class              :Insecta
Ordo              :Coleoptera
Famili             :Cicindelidae
Genus           :Cicindela
Species         : Cicindela aurulenta
Validator:



Dra.Asri lestari, M.Pd
NIP.19570405 198303 2 002






4.1.2   Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah yang ditemukan PadaPerkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

Tabel 2. Rekapitulasi data gabungan hasil pengamatan arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.

No
Jenis
K
KR
F
FR
NP
Pi
PiLnPi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Oecophylla smaragdina
Glomeris margianata
Cordiocondyla wroughtoni
Camponotus pennsylvanicus
Lycosa gulosa
Cicindela aurulenta
Gryllus pennsylvanicus
Blatella germanica
Blatella orientalis
Triotoma infastens
Ceuthophilus Sp
Lasius niger
1,25
0,31
1,05
0,38
0,64
0,42
0,73
0,14
0,17
0,14
0,16
0,47
21,33
5,33
17,87
6,40
10,93
7,20
12,53
2,40
2,93
2,40
2,67
8,00
0,53
0,22
0,45
0,28
0,36
0,22
0,36
0,11
0,17
0,14
0,13
0,31
16,19
6,67
13,81
8,57
10,95
6,67
10,95
3,33
5,24
4,29
3,81
9,25
37,52
12,00
31,68
14,97
21,89
13,87
23,49
5,73
8,17
6,69
6,48
17,52
0,21
0,05
0,18
0,06
0,11
0,07
0,13
0,02
0,03
0,02
0,03
0,08
0,33
0,16
0,31
0,18
0,24
0,19
0,26
0,09
0,10
0,09
0,10
0,20


5,86
100
3,28
100
200
1,00
2,24



Gambar grafik rekapitulasi arthropoda

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong pada siang dan malam hari, di dapatkan nilai indeks keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) yang berbeda atau bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 3.  Hasil Perhitungan Keanekaragaman dengan Data Gabungan Arthropoda permukaan Tanah yang Ditemukan pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong , pada siang dan malam hari

No
Spesies
siang
Malam
1
Oecophylla smaragdina
0,36
0,31
2
Glomeris margianta
0,12
0,16
3
Cordiocondyla wroughtoni
0,34
0,29
4
Camponotus pennsylvanicus
0,22
0,19
5
Lycosa gulosa
0,26
0,23
6
Cicindela aurulenta
0,27
0,16
7
Gryllus pennsylvarnicus
0,22
0,27
8
Blattella germanica
….
0,10
9
Blatta orientalis
….
0,13
10
Triotoma infastans
….
0,11
11
Ceuthophilus sp
….
0,12
12
Lasius niger
….
0,24

H’
1,79
2,31

Berdasarkan Tabel  di atas indeks keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi (Coffea sp) untuk pengamatan siang hari yaitu sebesar 1,79. Maka nilai keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi tersebut tergolong sedang, karena nilai H’ lebih dari satu.
           Berdasarkan Tabel  di atas indeks keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi (coffea sp) untuk pengamatan malam hari yaitu sebesar 2,31. Maka nilai keanekaragaman Arthropoda permukaarn tanah pada perkebunan kopi tersebut tergolong sedang, karena nilai H’ lebih dari satu.
4.1.3        Kemelimpahan Arthropoda Permukaan Tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

Berdasarkan hasil hitungan kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dan nilai penting terhadap spesies Arthropoda  yang ditemukan pada perkebunan kopi (coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong pada siang dan malam hari, didapatkan kisaran nilai yang berbeda yang bervariasi antara satu jenis Arthropoda yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 berikut dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Kemelimpahan dengan Data Gabungan Arthropoda Permukaan Tanah yang Ditemukan pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong, pada penelitian siang hari

No
Nama jenis
K
KR
F
FR
NP
1
Oecophylla smaragdina
0,48
28,97
0,41
27,96
56,93
2
Glomeris margianata
0,06
3,74
0,06
4,30
8,04
3
cordiocondyla wroughtoni
0,39
23,36
0,31
21,51
44,87
4
Camponotus pennsylvanicus
0,16
9,35
0,16
10,75
20,10
5
Lycosa gulosa
0,20
12,15
0,19
12,90
25,05
6
Cicindela aurulenta
0,22
13,08
0,19
12,90
25,99
7
Gryllus pennsylvanicus
0,16
9,35
0,14
9,68
19,02

Jumlah
1,67
100,00
1,45
100,00
200,00
Gambar grafik perhitungan kemelimpahan Arthropoda
Berdaskan tabel 4 di atas kemelimpahan Arthropoda yang ditemukan pada perkebunan kopi (Coffea sp) pada siang hari nilai penting tertinggi ditempati  oleh jenis Oecophylla smaragdina yaitu sebesar 56,93%, sedangkan nilai penting terendah  ditempati oleh jenis  Glomeris margianata   dengan nilai penting sebesar 8,04%.
Tabel 5.Hasil Perhitungan Kemelimpahan dengan Data Gabungan  Arthropoda Permukaan Tanah yang Ditemukan pada Perkebunan Kopi (Coffea.sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro KabupatenTabalong, pada penelitian malam hari
NO
Jenis
K
KR
F
FR
NP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Oecophylla smaragdina
Glomeris margianata
Cordiocondyla wroughtoni
Camponotus pennsylvanicus
Lycosa gulosa
Cicindela aurulenta
Gryllus pennsylvanicus
Blatella germanica
Blatella orientalis
Triotoma infastens
Ceuthophilus Sp
Lasius niger
0,78
0,23
0,66
0,31
0,44
0,23
0,58
0,13
0,17
0,14
0,16
0,47
18,18
5,45
15,27
7,27
10,18
5,45
13,45
2,91
4,00
3,27
3,64
10,91
0,53
0,22
0,45
0,28
0,36
0,22
0,36
0,11
0,17
0,14
0,13
0,31
16,19
6,67
13,81
8,57
10,95
6,67
10,95
3,33
5,24
4,29
3,81
9,52
34,37
12,12
29,08
15,84
21,13
12,12
24,41
6,24
9,24
7,56
7,45
20,43

Jumlah
4,30
100,00
3,28
100,00
200,00


         
Gambar grafik data gabungan


            Berdasarkan Tabel 5 diatas kemelimpahan Arthropoda yang ditemukan pada perkebunan kopi (Coffea sp) pada malam hari nilai penting tertinggi ditempati oleh jenis Oecophylla smaragdina yaitu sebesar 34,37%, sedangkan nilai penting terendah ditempati oleh jenis Blattella germanica  dengan nilai penting sebesar 6,24%.
4.1.4        Kisaran Parameter Lingkungan pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

Berdasarkan hasil pengukuran parameter lingkungan seperti suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, pH tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah, intensitas cahaya, dan ketinggian tempat yang telah dilaksanakan pada siang dan malam hari, didapatkan kisaran hasil pengukuran parameter lingkungan pada perkebunan kopi (Coffea sp) yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.  Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

No
Parameter lingkungan
Kisaran Parameter
Siang
Malam
1
Suhu udara (ͦ C)
27,00-28,00
29,00-30,00
2
Suhu tanah (ͦ C)
25,00-27,00
28,00-30,00
3
Kelembaban udara (%)
92-94
93-95
4
Intensitas cahaya (K.Lux)
1,48-2,86
0
5
pH tanah
6,4-6,8
6,4-6,8
6
Kelembaban tanah (%)
40,00-60,00
40,00-65,00
7
Ketinggian tempat (m.dpl)
110
110
      
       Berdasarkan Tabel 6 diatas hasil pengukuran parameter lingkungan pada perkebunan kopi (Coffea sp) pada pengamatan siang hari dan malam hari suhu udara berkisar antara 27,00-28,00oC, 28,00-30,00oC, suhu tanah yaitu 25,00-27,00oC, 28,00-30,00oC, selanjutnya kelembaban udara 92-94%, 93-95%, intensitas cahaya 1,48-2,86, 1,24-2,52 lux, pH tanah 6,4-6,8, 6,4-6,8 , kelembaban tanah 40,00-60,00%, 40,00-65,00%  , ketinggian tempat 110 mdpl.

4.2 Pembahasan
4.2.1  Jenis-jenis Arthropoda Permukaan Tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

       Jenis arthropoda yang ditemukan pada perkebunan kopi terdapat 12 jenis yaitu Glomeris margianata, Blattella germanica, Blattella orientalis, Camponotus pennsylvanicus, Ceuthophilus sp, Cicindela aurulenta, Cordiocondyla wroughtoni, Gryllus penncylvanicus, Lycosa gulosa, Lasius niger, Oecophylla smaragdina, Triotoma infastans. Jenis yang ditemukan tersebut termasuk dalam 3 Kelas yaitu, Insekta, Arachnida, Diplopoda serta terdapat 6 famili yaitu, Glomeridae, Hymenoptera, Aranidae, Orthoptera, Hemiptera, Blattaria . Dari Kelas dan famili tersebut yang terbanyak ditemukan adalah insekta dan famili terbanyak adalah formicidae. Kelas insekta atau serangga merupakan jenis yang terbesar, hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik, cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannyadan penyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub (http://upikke.staff.ipb.ac.id/tag/kelas-insecta/) Famili Formicidae merupakan famili terbanyak yang ditemui baik pada penelitian siang hari maupun malam hari. Menurut Lilies (1991 : 195) famili  Formicidae ini ditemukan hampir di semua tempat, di bangkai tanaman, rongga atau celah di dalam bangunan atau tanah.
       Famili yang terendah ditemukan adalah Julidae dari jenis Glomeris marginata, rendahnya spesies ini ditemukan bisa disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang mendukung atau tidak tersedianya banyak makanan. Menurut Yuanita (2007) suatu hewan dapat hidup berhasil pada suatu lingkungan tertentu, maka lingkungan harus mampu menyediakan berbagai keperluan untuk kelangsungan daur hidupnya. Oleh karena itu sifat-sifat suatu lingkungan tidak hanya tergantung pada kondisi fisik dan kimia, tetapi juga pada kehadiran organism lain.


4.2.2  Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

Tinggi rendahnya keanekaragaman arthropoda di kawasan penelitian ini dapat di lihat dari indeks  keanekaragaman (H’). Indeks keanekaragaman digunakan untuk menunjukkan hubungan jumlah individu dengan jumlah individu yang menyusun suatu komunitas.
Berdasarkan tabel 3 hasil perhitungan terhadap indeks keanekaragaman Arthropoda menurut Shannon-Winner (H’) dalam (Odum,1998) diperoleh Indeks keanekaragaman yang di tempati pada siang hari yaitu sebesar 1,79 terdapat 7 jenis yang berbeda, indeks keanekaragamn yang di tempati pada malam hari yaitu sebesar 2,31 jenis yang berbeda.
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman pada siang hari di perkebunan kopi (Coffeae Sp) desa Muang kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong indeks keanekaragaman (H’) relatif sedang karena berkisar antara 1,79-2,31. Pada siang hari indeks keanekaragaman yaitu 1,79 dan pada malam hari Indeks keanekaragaman yaitu 2,31.
Berdasarkan kriteria keanekaragaman suatu organisme bahwa keanekaragaman dapat dikatakan tinggi jika H’>3, keanekaragaman tergolong sedang jika H’= 1-3, dan tergolong rendah jika H’<1, menurut Shannon-Winner dalam Fahrul (2006). Sehingga berdasarkan kriteria tersebut keanekaragaman Arthropoda pada siang hari dan malam hari tergolong sedang karena H’ nilai 1-3. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan di perkebunan tersebut dalam kondisi yang sesuai dan mendukung terhadap keberadaan dan pertumbuhan Arthropoda. Sumber makanan dan faktor-faktor lingkungan yang berada pada daerah perkebunan sangat sesuai dengan adaptasi dan perkembangan arthropoda tersebut.
Keadaan lingkungan di perkebunan sangan menunjang dalam kelangsungan reproduksi karena daerah tersebut cocok untuk jenis hewan arthropoda. Adapun faktor lingkungan yang mendukung pada siang hari seperti suhu udara 27,00-28,00oC, kelembaban udara 92-94%, pH tanah 6,4-6,8, Kelembaban tanah 40,00-60,00%, intensitas cahaya 1,48-2,86 K.lux, dan ketinggian tempat 110m.dpl. Sedangkan pada malam hari suhu udara 29,00-30,00oC, kelembaban udara 93-95%, pH tanah 6,4-6,8, kelembaban tanah 40,00-65,00%, intensitas cahaya 0 dan ketinggian tempat 110 m.dpl. Sehingga keanekaragaman diperkebunan tersebut sangat penting dalam menunjang perkembangan Arthropoda.
Keberadaan suatu organisme pada suatu tempat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan makanan. Ketersediaan makanan dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup bagi suatu organisme akan meningkatkan populasi dengan cepat. Sebaliknya, jika keadan tersebut tidak mendukung maka akan dipastikan bahwa organisme tersebut akan menurun (jumar, 2000).
Sedangkan menurut (Michael, 1994) bahwa keanekaragaman yang tertinggi menunjukkan suatu komunitas itu memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas terjadi interaksi jenis yang tinggi pula, jumlah jenis dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman jenis nampaknya bertambah bila komunitas menjadi dalam keanekaragaman.

4.1.5        Kemelimpahan Arthropoda Permukaan Tanah pada Perkebunan Kopi (Coffea sp) di Desa Muang Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong

Kemelimpahan ditentukan oleh gabungan pengaruh beberapa faktor serta semua proses mengenai populasi. Untuk menentukan kemelimpahan jenis Arthropoda permukaan tanah pada perkebunan kopi (Coffeae Sp) dapat diketahui dari nilai penting (NP) yang ditemukan oleh frekuensi kehadiran dan kerapatan individu atau sebaliknya seperti tabel 4 dan 5.
Berdasarkan tabel 4 dan 5, kemelimpahan tertinggi yang di dapat pada siang hari ditempati oleh Oecophylla smaragdina dengan NP 56,93%, sedangkan pada malam hari ditempati oleh Oecophylla smaragdina dengan NP sebesar 34,37%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan hewan tersebut. Dari hasil pengukuran parameter lingkungan pada tempat penelitian pada siang hari suhu udara 27,00-28,00oC,dan pada malam hari 29,00-30,00oC. menurut jumar (2000) kisaran suhu yang efektif bagi serangga adalah diantara 15oC hingga 45oC, dengan suhu optimum 25oC. hal ini menunjukkan bahwa kisaran suhu pada perkebunan kopi tersebut efektif untuk pertumbuhan arthropoda.
Selain suhu udara kelembaban yang sesuai juga sangat diperlukan oleh arthropoda pada permukaan tanah. Dari hasil pengukuran kelembaban udara pada tempat penelitian pada siang hari sebesar 92-94%, sedangkan pada malam hari 93-95% dan kelembaban tanah pada siang hari sebesar 40,00-60,00%, sedangkan pada hari berkisar 40,00-65,00%. Berdasarkan penelitian Yanto (2011) pada daerah penelitian kelembaban udara berkisar antara 72-84%, kelembaban tanah berkisar antara 40-60%, dan menurut Rahmi (2002) pada daerah penelitian kelembaban udara berkisar 50-60%, kelembaban tanah berkisar antara 29,5-40%. Dengan demikian dapat diketahui Arthropoda pada permukaan tanah hidup pada kelembaban udara 50-90% dan kelembaban tanah 29,5-77%.
Hasil pengukuran pH tanah pada siang hari maupun pada malam hari kisaran 6,4-6,8, pH tanah sangat penting dalam ekologi hewan karena keberadaan serta kepadatan hewan tanah sangat bergantung pada pH tanah. Hewan tanah ada yang memilih hidup pada tanah yang pHnya asam dan ada pula yang senang pHnya basa (suin,1989).
Menurut jumar (2000), beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi hari, siang, sore atau pun malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya.
Faktor lingkungan lainya adalah ketinggian tempat. Menurut borror,dkk (1992) serangga dapat dijumpai dari daerah dataran rendah hingga daerah dataran tinggi. Beberapa famili dari serangga masih dapat ditemukan pada ketinggian gunung mencapai 1300 m.dpl. hasil pengukuran ketinggian tempat pada kawasan penelitian ini adalah 110 m.dpl. dengan demikian Arthropoda masih mampu bertahan hidup di daerah penelitian ini.
Sedangkan kemelimpahan terendah pada siang hari ditempati oleh Glomeris marginta dengan NP sebesar 8,04%, dan pada malam hari ditempati oleh Blatella germanica dengan NP sebesar 6,24%. Rendahnya kemelimpahan dari jenis kelabang dan kecoa baik siang maupun malam hari dikarenakan habitatnya kurang banyak ditemukan terbukti dengan nilai kerapatan dan frekuensi kehadiran yang sedikit dibandingkan jenis lainnya. Hal ini disebabkan karena kemampuan beradaptasi jenis yang tidak cocok dan kalah dalam persaingan. Persaingan antar jenis dapat terjadi karena setiap jenis memerlukan makanan, tempat hidup, cahaya, dan kebutuhan lainnya yang sama (Jumar, 2000).