Senin, 19 Desember 2011

keanekaragaman dan kemelimpahan insekta diurnal di haratai


KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN INSEKTA DIURNAL DI HUTAN LINDUNG LOKSADO DI DESA HARATAI KECAMATAN LOKSADO KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
PROPOSAL PENELITIAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Pada Mata Kuliah Penelitian Pengajaran Biologi

Nama                                      : Rafi’i Hamdi
Npm                                        : 306.08.24.019
Jurusan/Program Studi          : Pendidikan Biologi


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
 PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP-PGRI BANJARMASIN
 2011
A       KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN INSEKTA DIURNAL DI HUTAN LINDUNG LOKSADO DI DESA HARATAI KECAMATAN LOKSADO HILIR KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN.

B       Latar Belakang
Tiap-tiap hewan memerlukan alam sekitar untuk kehidupannya yang berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh struktur dan keperluannya, makanan, perkembangan, dan lain-lain. Kondisi-kondisi itu menimbulkan hewan-hewan yang berbeda-beda.
Insekta merupakan invertebrata yang hidup ditempat yang kering dan dapat terbang. Kemampuan hidup ditempat yang kering, tubuh terbungkus oleh kitin, menyebabkan insekta dapat menyesuaikan diri, memiliki daya adaptasi yang besar terhadap lingkungan. Habitat insekta disemua tempat kecuali laut, sebagian hidup di air tawar, tanah lumpur, parasit dan macam-macam tumbuhan atau hewan lainnya (Jassin 1987 : 159-160). Insekta menarik untuk diamati karena jenisnya yang cukup banyak dan juga karena perannya dalam kehidupan.
Menurut Jumar (2000 : 1-3), dari sekian banyak spesies hewan yang ada dipermukaan bumi, ternyata ¾ bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies telah berhasil diketahui dan diberi nama.
Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responya terhadap cahaya, sehingga timbul spesies insekta yang aktif pada pagi, siang, sore, atau malam hari. Insekta yang bersifat diurnal yakni aktif pada siang mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain. Contoh : walang sangit (leptocoriya acuta), wereng coklat (Nilavarpara logens) dan belalang besar (Valanga nigricornis). Selain tertarik pada cahaya, ditemukan juga insekta yang tertarik oleh suatu warna hijau dan kuning. Sesungguhnya insekta juga memiliki preferensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga. Contoh : kupu-kupu (Pieris brassicae) dalam mencari makananya memperlihatkan preferensi yang nyata terhadap warna biru dan ungu (Jumar, 2000 : 94).
Insekta berperan dalam penyerbukan, sebagai predator dan parasit beberapa jenis hama tanaman dan ini sangat bermanfaat dalam pengendalian hama tanaman, serta insekta juga berperan dalam mengendalikan gulma yang merugikan. Insekta habitatnya tersebar karena makanan insekta bermacam-macam, misalnya bagian tanaman berupa akar, batang, daun, buah-buahan, biji,  butir tepung sari dari tanaman, ada juga makan jaringan atau hasil ekresi hewan. Dari uraian diatas, kita mendapat gambaran betapa besar keanekaragaman insekta pada suatu komunitas memungkinkan ada jenis insekta yang melimpah.
Desa haratai I memiliki hutan lindung yang sangat luas, dan masih lestari dan alami meskipun sekarang banyak terjadi perambahan hutan, di dalam hutan tersebut ada terdapat beberap pohon, buah dan tumbuhan yang langka sekarang ini,dan dilestarikan oleh penduduk sekitar meskipun bukan sebagai komoditi hasil hutan yang utama, itu semua dilakukan untuk mempertahankan ke khasan daerah tersebut dan memepertahankan populasi pohon, buah dan tumbuhan langka tersebut, selain tumbuhan buah langka juga terdapat banyak populasi anggrek yang sangat melimpah, dan di lestarikan dengan melakukan pembudidayaan di sekitar pemukiman penduuduk, karena hutan dan tumbuhan yang ada di dalamnya masih alami tentu banyak sekali populasi dan keberagaman insekta yang ada didaerah tersebut
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka Penulis ingin melakukan penelitian mengenai “Keanekaragaman dan Kemelimpahan Insekta Diurnal di Hutan Lindung Loksado di Desa Haratai I  Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan”.

C    Rumusan dan Batasan Masalah
1.        Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, masalah yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimanakah keanekaragaman insekta diurnal yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan ?
b.      Bagaimanakah kemelimpahan insekta diurnal yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan ?

2.      Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :
a.       Insekta yang diteliti adalah hewan makro yang dapat dilihat dengan mata biasa.
b.      Insekta diurnal yang masih dalam bentuk larva ataupun telur tidak dimasukkan perhitungan.
c.       Insekta diurnal yang dijadikan sampel penelitian adalah insekta yang aktif pada siang hari dengan waktu 12 jam.
d.      Insekta yang terjebak diidentifikasi sampai tingkat spesies.

D    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.        Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengetahui keanekaragaman insekta diurnal yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan ?
b.      Untuk mengetahui kemelimpahan insekta diurnal yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan ?

2.      Manfaat Penelitian
      Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a.             Untuk mengetahui keanekaragaman insekta diurnal yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
b.      Untuk mengetahui kemelimpahan insekta diurnal yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan

E.   Tinjauan Pustaka
1.      Kemelimpahan dan Keanekaragaman
Menurut Soejipta (1993)  dalam Rezki (2010 : 5), bahwa ukuran yang paling sederhana mengenai keragaman spesies adalah menghitung cacah spesies. Dalam perhitungan yang demikian itu dilibatkan hanyalah spesies penghuni tetap, bukannya imigran yang kebetulan atau imigran sementara.
Menurut Michael (1994 : 96-97), keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas stabil.
Keanekaragaman cenderung jadi tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah dalam komunitas yang baru terbentuk. Sementara produktivitas atau arus energi seluruhnya jelas mempengaruhi keanekaragaman jenis, kedua kualitas itu tidak berhubungan dalam cara linier yang sederhana manapun (Odum, 1993 : 187).
Menurut Michael (1994 : 98), Kemelimpahan setiap individu biasanya dinyatakan dengan suatu presentasi sejumlah total spesies yang ada dalam komunitas dengan demikian mempunyai pengukuran relative. Istilah kemelimpahan mengacu pada suatu spesies dapat didefinisikan sebagai jumlah individu perkuadrat sedangkan keanekaragaman jenis yang tinggi menujukkan bahwa suatu komunitas memiliki semua kompleksitas tinggi karena dalam jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman spesies nampaknya bertambah bila komunitas stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keanekaragaman.


2.      Tinjauan Umum Tentang Insekta
Komponen ekosistem terdiri atas komponen biotik dari berbagai jenis dan komponen abiotik yang kualitas dan kuantitas beranekaragam pula, maka jika komponen biotik (berbagai jenis makhluk hidup) dan susunan komponen abiotik (fisik dan kimia) berbeda, interaksi akan berubah, ekosistem yang dihasilkan berbeda pula. Konsep komunitas adalah kelompok berbagai populasi yang berinteraksi satu sama lain disuatu areal tertentu dan merupakan bagian hidup dari suatu ekosistem.
Insekta atau serangga merupakan golongan hewan dominan dimuka bumi sekarang ini dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan mereka terdapat dimana-mana. Beberapa ratus jenis yang berbeda telah diuraikan tiga kali lebih banyak dari pada sisa dunia hewan dan beberapa dapat mencapai 30juta (Borror, dkk. 1992 : 1).
Menurut Sembel (2010 : 126) serangga adalah hewan yang paling sukses di dunia dan menempati hampir semua habitat, yaitu dalam air, tanah, udara, pepohonan, biji-bijian, tubuh manusia, dan hewan.
Insekta tergolong dalam filum Arthropoda (Yunani : Arthros = Sendi/ruas; Podos = kaki/tungkai), subfilum Mandibulata, kelas Insekta. Ruas-ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu kepala (Caput), dada (Toraks) dan perut (abdomen). Sesungguhnya tubuh serangga terdiri tidak kurang 20 ruas. 6 ruas terkonsolidasi membentuk kepala, 3 ruas membentuk toraks, dan 11 ruas membentuk obdomen (Jumar 2000 : 8).
Menurut Borror,dkk (1992 : 7), Ukuran tubuh serangga berkisar kira-kira 0.25 sampai 330mm panjang dan kira-kira 0.5sampai 300mm dalam bentang sayap, sebuah fosil capung mempunyai bentang sayap lebih dari 760mm. Beberapa serangga yang terpanjang sangat ramping, tetapi beberapa kumbang mempunyai tubuh hampir sebesar kepalan tinju.
Insekta adalah arthropoda yang bernapas dengan udara dari sekitarnya dan tubuhnya dibagi menjadi caput, thorak, dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antennae dan thorak terdapat tiga pasang extremitates dan biasanya dengan satu atau dua pasang sayap pada hewan dewasa. Insekta mencakup jumlah spesies yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah spesies hewan-hewan lain dikumpulkan bersama-sama, dan masih beratus-ratus atau beribu-ribu yang belum ditemukan. Mereka hidup di dalam hampir semua lingkungan yang mungkin ada di atas tanah dan didalam air dan struktur, kelakuan dan eyslus hidupnya mengalami modifikasi  (Menurut radiopoetra, 1986. Dalam  Aryan 2010 : 6-7).
Insekta memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut insekta akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi insekta. Pada suhu tertentu aktifitas insekta tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang(menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut : suhu minimum 15ºC, suhu optimum 25ºC, dan suhu maksimum 45ºC (Jumar, 2000 : 92).


3.      Ciri-Ciri Insekta
Menurut Jumar (2000 : 8) ciri-ciri insekta adalah :
a.    Tubuh terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen.
b.    Memiliki sepasang antenna.
c.    Memiliki tiga pasang kaki pada toraks.
d.    Memiliki sayap dua pasang pada meso dan metatoraks, dan satu pasang pada mesotoraks.
e.    Alat mulut terdiri dari atas sepasang mandible, sepasang maksila, sebuah labrum dan sebuah labium.
Menurut Sembel (2010 : 126-127) Ciri-ciri khas dari bentuk dewasa kelas insekta adalah sebagai berikut :
a.    Bagian luar tubuh tertutup oleh lapisan yang keras yang disebut intergumen atau eksoskeleton.
b.    Tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen).
c.    Kepala biasanya memiliki satu pasang antenna, satu pasang mandible, memiliki maksila dan labium, serta biasanya mempunyai satu pasang mata majemuk.
d.    Pada bagian dada serangga dewasa terdapat tiga pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap; sering tanpa sayap.
e.    Abdomen biasanya tidak memiliki tungkai, kecuali pada bentuk pradewasa Lepidoptera, ada yang bertungkai  semu.
f.      Struktur system pencernaan makanan berbentuk tabung.
g.    Sistem peredaran darah terbuka.
h.    Sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel.
i.      Biasanya mengalami proses metamorphosis, namun ada pula yang mengalami metamorphosis sederhana atau tanpa metamorfosis.
Menurut Jumar (2000 : 40), insekta atau serangga merupakan satu-satunya binatang invertebrata yang memiliki sayap. Adapun sayap yang memungkinkan serangga dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari satu tempat yang lain dan menghindar dari bahaya yang mengancamnya. Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan mototarak tiap sayap tersusun atas permukaan dan bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis, bagian-bagian tertentu dari sayap memanjang disebut rangka sayap membujur (longitudinal) dan yang melintang disebut rangka sayap melintang, sedangkan bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka sayap disebut sel.
4.      Klasifikasi Insekta
Filum arthropoda dibagi menjadi empat sub filum salah satunya subfilum Mandibulata yang dibagi dalam 6 kelas ( Kastawi, dkk, 2005 : 204-205), yaitu :
a.      Crustacea
b.      Insecta
c.       Chilopoda
d.      Diplopoda
e.       Pauropoda
f.        Symphyla
Kalsifikasi insekta menurut Lilies (1991 : 5-26), terbagi atas dua sub kelas, yakni :
a.      Sub kelas Apterygota (serangga tanpa sayap primitif), dengan ciri-ciri :
·        Merupakan serangga primitif, ukuran kecil.
·        Tidak bersayap sejak nenek moyang.
·        Mempunyai alat tambahan seperti style pada ujung abdomen.
·        Metamorfosa sederhana (ametabola)
Ordo-ordo yang termasuk sub kelas Apterygota :
1).    Serangga primitif (Ordo Protura)
Ciri-ciri : Ukuran tubuhnya kecil, bentuk tubuh oval memanjang, tanpa mata atau antenna. Habitat : Bisa hidup dibawah permukaan tanah daerah lembab ataupun humus (daun busuk), direruntuhan, ping-puing. Contoh : Acerentulus barberi ewing.

2).    Serangga tubuh perak (=jawa)(Ordo Thysanura)
Ciri-ciri : ordo ini mempunyai ekor yang berbulu. Tubuh pipih, panjang, tertutup sisik dan tidak bersayap. Antena terdiri atas 11 ruas, ujung abdomen (perut) belakang mempunyai 3 ekor yang ramping. Habitat : di barang-barang bekas, didedaunan yang membusuk, buku, pakaian, kertas, di bawah kayu dan batu serta di lingkungan yang gelap dan lembab. Contoh : Meinertellidae.

3).    Serangga Ekor pegas (Ordo Collembola)
Ciri-ciri : ruas tubuh mampat dan berdekatan satu dengan yang lain. Tubuh kecil, umumnya berwana hitam, tidak bersayap dan antenna terdiri atas 4 ruas. Mempunyai ekor (furcula) seperti pegas yang dapat digunakan untuk melompat. Habbitat : sering dijumpai ditanah, serasah, daun, di bawah kulit kayu, tempat/tempat lembab, sepanjangg pantai, beberapa spesies terdapat pada tumbuh-tumbuhan, srang rayap/gua. Memakan tumbuh-tumbuhan busuk, jamur, tepung sari. Contoh : Papirius fuscus.

4).    Ordo Diplura
      Ciri-ciri : warna tubuh pucat, bentuk tubuh oval memanjang, abdomen berakhir dengan dua cerci yang panjang atau dua bangunan seperti garpu yang kokoh. Tubuh tanpa sisik, panjang sekitar 6 mm. Habitat : Biasa terdapat ditumpukan jerami, tanah atau dibawah kulit, dibawah batu dan dalam lingkungan yang lembab. Contoh : Compodea japix.

b.      Sub kelas Pterygota, dengan ciri-ciri :
·        Umumnya bersayap, adapula yang tidak bersayap tetapi tidak sejak
      nenek moyang.                  
·        Tidak mempunyai alat tambahan seperti stele.
·        Metamorfosa sederhana-sempurna ( metabola).
Ordo-ordo yang termasuk kelas Pterygota :
1).    Ordo Ephemeroptera.
      Ciri-ciri : ukuran kecil sampai sedang, tubuh panjang dan lunak. Antena kecil, mempunyai 2-3 ekor (cerci) yang panjang. Sayap depan Lebar berbentuk segitiga, saya belakang kecil bulat kadang-kadang absen. Sayap seperti selaput (membrane)dengan banyak vena. Mempunyai alat pernapasan hidup di air (aquantik), dewasa sering dijumpai di kolam atau aliran air. Contoh : Hexagenia bilineata (Insekta akhir musim).

2).    Ordo Odonata.
      Ciri-ciri : ukuran  tubuh sedang sampai besar. Antena pendek dan kaku, abdomen panjang dan ramping. Tipe alat mulut penggigit dan pengunyah. Sayap seperti selaput dan vena. Habitat : nimpha hidup di air (aquantik) dan dewasa terdapat didarat atau udara bebas dengan makanan yang berbeda antara nimpha dan dewasa. Contoh : Anisoptera (capung).

3).    Ordo Orhoptera.
      Ciri-ciri : ukuran bentuk tubuh sedang sampai besar ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Yang bersayap mempunyai dua pasang sayap. Sayap dengan panjang menyempit, banyak vena, menebal seperti kerta perkamen : sayap belakang membraneus, melebar dan banyak vena. Alat mulut penggigit pengunyah. Betina umumnya mempunyai avipositor yang berkembang biak, jantan ada yang mempunyai alat penghasil suara, terletak di tibia atau abdomen. Habitat: di areal pertanaman budidaya, ada juga yang lingkungan rumah atau tempat tinggal. Contoh : Disosteria carolina (belalang), Gryllus (Jangkrik rumah), Periplaneta (Kecoa).

4).    Ordo Isoptera.
      Ciri-ciri: sayap dua pasang, membraneues, sayap depan dan belakang mempunyai bentuk ukuran yang sama. Ada yang tidak bersayap. Alat mulut penggigit dan pengunyah dan mempunyai cerci 2 ruas. Habitat: biasanya membuat sarang di atas atau dibawah tanah, di pohon atau kayu-kayuan. Contoh : Kalotermes (rayap kayu kering).

5).    Ordo Plecoptera.
      Ciri-ciri: warna tubuh pudar, tidak mengkilap. Ukuran tubuh sangat kecil, antenna panjang. Ada yang bersayap ada yang tidak, ada yang bersayap panjang, ada yang bersayap pendek, saayap seperti selaput. Tipe alat mulut panggigit. Habitat: yang bersayap sering terdapat di alam terbuka, di kulit-kulit pohon daun-daunan, semak belukar atau dibawah batu-batuan. Yang tidak bersayap hidup di gedung-gedung atau padang-padang di buku bekas atau kertas. Contoh : Taeniopteryx pacifica (Lalat batu), Pteronarcys.

6).   Ordo Dermaptera.
Ciri – ciri : mudah dikenal dengan adanya cerci yang berbentuk seperti forcep atau catut. Jantan mempunyai forcep yang kokok dan kasar (bergerigi, betina lebih halus dan ramping. Tubuh pipih, berukuran kecil sampai sedang. Sayap depan pendek seperti kulit, sayap belakang seperti selaput dan melipat di bawah sayap depan saat hinggap. Alat mulut penggigit pengunyah. Aktif pada malam hari. Habitat : di bawah kekayuan. tetimbunan atau berbagai tempat lainnya yang terlindung. Contoh : Forficula auricularia (insekta yang suka masuk ketelinga mamalia).

7).   Ordo Anoplura (kutu pengisap).
Ciri – ciri : tubuh kecil, pipih, tidak bersayap. Kepala lebih sempit dare thorak. Alat mulut penusuk dapat mengisap, tidak mempunyai cerci. Tarsi 1 ruas dengan sebuah kuku basar untuk bergantung pada rambut inang. Habitat :terdapat ditubuh tikus, kera serta mamalia lainnya. Contoh : Haematopinussuis (Insekta pada babi).


8).  Ordo Mallophaga.
Ciri-ciri : ukuran tubuh pipih, kecil, tidak bersayap, tidak mempunyai cerci. Alat mulut penggigit. Habitat : dikulit mamalia. Sering disebut dengan kutu ayam atau gurem (Jawa), Contoh : Menopon stramineum (kutu ayam).

9).  Ordo Thysanoptera.
Ciri - ciri : sayap berumbai – rumbai dengan sayap yang panjang. Sayap ada atau absen. Apabila ada berjumlah 4, sangat panjang dan sempit dengan atau tanpa vena. Tubuh kecil dan ramping, antena pendek 4-9 ruas, mulut rnemarut dan mengisap. Dewasa berwarna hitam, kadang - kadang dengan bagian merah. Nimpha berwarna putih pucat, kuning atau merah. Contoh : Selenothrips Rubrocinctus (Insekta bersayap berduri).

10). Ordo Hemiptera.
Ciri-ciri : tubuh pipih, ukuran sangat kecil sampai besar, yang bersayap pada bagian pangkal sayap menebal sedangkan ujungnya membraneus., antena panjang, alat mulut bertipe pencucuk pengisap yang muncul dari kepala, tidak mempunyai cerci. Habitat : diberbagai habitat. ada yang hidup di air, di darat beberapa bersifat parasit di vertebrta. Contoh : Ranatra (gilig).

11). Ordo Homoptera.
Ciri -ciri : ukuran tubuh sangat kecil sampai besar yang bersayap mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan seragam, seperti selaput atau sedikit menebal, sayap belakang juga seperti membran. Saat istirahat sayap seperti genting di atas tubuh. Antena pendek seperti bilu kertas atau lebih panjang berbentuk filiform. Alat mulut pencucuk pengisap, muncul dari belakang. Umumnya hidup ditempat yang lembab, contoh : Aphididae (kutu tanaman).
12). Ordo Neuroptera.
Ciri - ciri : ukuran tubuh sangat kecil sampai besar. Antena umumnya panjang, alat mulut apada larva pengisap dan pada dewasa penggigit. Sayap 2 pasang, seperti selaput. sayap depan dan belakang hampir lama dalam bentuk dan susunan venanva. Larva mempunyai rahang yang berkembang balk digunakan untuk menangkap mangsa. Habitat : larva ada hidup di air, di permukaan tanah dekat pertanaman, dewasa di sekitar pertanaman. Contoh : Sialidae (Lalat arder).

13). Ordo Coleoptera.
Ciri – ciri : sayap depan keras, tebal, menanduk, tidak ada venanya, berfungsi sebagai pelindung . sayap belakang membraneus dan melipat di bawah sayap depan pada waktu istirahat. Ukuran tubuh sangat kecil sampai besar. Larva clan dewasa mempunyai alat mulut bertipe penggigit pengunyah, ada yang seperti cucuk (rostrum), kadang-kadang untuk penitrasi ke jaringan tanaman. Larva tidak mempunyai kaki abdominal umumnya dengan 3 pasang kaki thorakal. Habitat : hidup diberbagai ekosistem. Contoh : Cicindelidae (kumbang harimau), Carabidae (Kumbang tanah), Dytiscidae (Kumbang metalik penggerek kayu), Chrysomelidae (Kumbang daun).

14).  Ordo Strepsitera.
Ciri –ciri : tubuh sangat kecil. Bentuk jantan dan betina berbeda. Jantan bersayap-sayap depan mereduksi menjadi halter, sayap belakang seperti kipas, umur pendek. Betina tidak bersayap clan kadang-kadang tidak mempunyai kaki, mata atau antena, kepala dan dada menjadi sate. Habitat jantan hidup bebas, larva dan betina umumnya di tubuh serangga lain. Contoh : Sexava sp (Belalang pedang).

15). Ordo Mecoptera.
Ciri-ciri : tubuh ramping dengan ukuran lebih kecil sampai sedang. Kepala dengan muka panjang, alat mulut penggigit clan memanjang ke bawah berbentuk seperti paruh. Sayap panjang, sempit seperti selaput dengan bentuk, ukuran clan susunan vena sama. Sayap 2 pasang. Larva berbentuk seperti ulat clan diam di dalam lubang. Alat kelamin jantan seperti capit pada kalajengking, terletak abdomen. Habitat : hidup di kayu-kayuan atau areal yang ada dipertanamannya. Contoh : Panorpa Helena  (Lalat kalajengking jantan).

16).   Ordo Trichoptera.
Ciri-ciri : ukuran tubuh kecil sampai sedang, sayap seperti selaput, agak berambut dan berisik. Warna suram, antena panjang dan ramping, alat mulut penggigit. Habitat : larva hidup di air atau dekat air. beberapa membuat sarang dan beherapa hidup bebas. Contoh : Limnephilus spec.

17).   Ordo Lepidoptera.
Ciri-ciri : sayap 2 pasang dan tertutup bulu dan sisik. Antena agak panjang,
kecil samapi besar. Ngengat mempunyai sayap yang tidak begitu menarik, Kupu-kupu urnumnya bersayap menarik. Larva Lepidoptera dikenal sebagai ulat. Habitat : diberbagai pertanaman. Contoh : Pieridae (kupu-kupu putih).

18).   Ordo Diptera.
Ciri-ciri : tubuh berukuran sangat kecil sampai sedang. Sayap ada 2 buah (1 pasang) yang merupakan sayap depan, sayap belakang mereduksi menjadi halter yang berfungsi sebagai alai keseimbangan. Alat muluut bertipe penjiiat dan pencucuk pengisap. Larvanya disebut mngot, set atau singgat, tanpa kaki, kepala kecil, tubuh halus, tipis. Habitat : golongan ini diberbagai habitat, magot menyukai tempat yang lembab. jaringan tanaman atau dalam tubuh serangga lain. Dewasa hidup bebas. Contoh : Culicidae (Nyamuk), Musca domestica (lalat rumah), Drosophyla melanogaster (lalat buah).

19).   Ordo Siphonaptera.
Ciri- ciri : ukuran tubuh kecil, tidak mempunyai sayap. Tubuh pipih di bagian samping, banyak duri-duri clan bulu keras yang tumbuh mengarah ke belakang. Antena pendek, tipe pencucuk penghisap. Coxa membesar, kaki panjang, merupakan serangga pelompat. Habitat : menyukai tempat yang lembab, menghindari tempat hangat dan sinar. Sepanjang hidup berada di tubuh inang. Contoh : Pulex irritant (Kutu pakaian), Ctenocephalides canis (Kutu pada anjing), Xynopsylla cheopsis (kutu tikus).

20).   Ordo Hymenoptera.
Ciri-ciri : ukuran tubuh sangat kecil sampai besar. Sayap 2 pasang, seperti selaput, bervena sedikit, untuk yang berukuran kecil hampir tidak mempunyai vena, sayap depan lebih besar dari pada sayap belakang. Antenna 10 runs atau lebih, tipe alas mulct penggigit penghisap. Betina umumnya mempunyai ovipositor yang berkembang biak, beberapa jenis ovipositor mengalami modifikasi menjadi alas penyengat untuk mempertahankan diri. Habitat : dewasa ditemukan diberbagai habitat, sebagian besar dijumpai di bunga-bunga atau dipertanaman, beberapa hidup di tanah atau reruntuhan. Larva ada yang di pertanaman atau di dalam tubuh serangga lain. Contoh : Formicidae (semut).

5.      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga.
Menurut Jumar (2000 : 86-96), perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam (yang dimiliki serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya).
a.       Faktor Dalam
Faktor dalam yang turut menetukan tinggi rendahnya populasi serangga, antara lain :
1). Kemampuan Berkembangbiak
Kemampuan berkembangbiak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh natalitas dan kesuburan serta waktu perkembangan (kecepatan berkembangbiak).
2). Perbandingan Kelamin
Perbandingan kelamin adalah perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan oleh serangga betina. Perbandingan kelamin ini umumnya adalah 1:1, akan tetapi karena pengaruh-pengaruh tertentu, baik faktor dalam maupun faktor luar seperti keadaan musim dan kepadatan populasi, maka perbandingan kelamin ini dapat berubah.
3). Sifat Mempertahankan Diri
Insekta memiliki alat atau kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan musuh. Kebanyakan insekta akan berusaha lari bila diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam, pura-pura mati, mengeluarkan racun atau bau, menyerupai ranting atau daun tanaman, dan melakukan mimikri.
4). Siklus Hidup
Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago (dewasa).
5). Umur Imago
Serangga umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang beberapa hari ada juga yang beberapa bulan.
b. Faktor Luar
Faktor luar adalah faktor lingkungan dimana serangga itu hidup dan  mempengaruhi hidupnya. Faktor luar tersebut terdiri atas fisik, makanan, dan hayati.
1). Faktor Fisik
Faktor fisik ini lebih banyak berpengaruh terhadap serangga dibanding terhadap binatang lainnya. Faktor-faktor tersebut seperti :
a).  Suhu dan Kisaran Suhu
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktifitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimum 15oC, suhu optimum 25oC dan suhu maksimun 45oC.
b).  Kelembaban/Hujan
Kelembaban yang dimaksud dalam bahasan ini adalah kelembaban tanah, udara, dan tempat hidup serangga dimana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrim.
c).  Cahaya/Warna/Bau
Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya. Sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktifitas dan distribusi lokalnya.
Serangga ada yang berifat diurnal, yakni aktif pada siang hari mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain. Sebagai contoh Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Selain itu, jika serangga-serangga aktif pada malam hari dinamakan bersifat nocturnal, misalnya ulat grayak (Spodoptera litura). Sejumlah serangga juga ada yang tertarik terhadap cahaya lampu atau api, seperti sering terjadi pada malam hari.
d).  Angin
Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berukuran kecil. Misalnya kutu loncat lamtoro, Heteropsylla cubana (Homoptera,Psyllidae) dapat menyebar dari satu tempat ke tempat lain dengan bantuan angin.
2). Faktor Makanan
Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya, jika keadaan
makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun.
3). Faktor Hayati
Faktor hayati adalah faktor-faktor hidup yang ada di lingkungan yang dapat berupa serangga, binatang, binatang lainnya, bakteri, jamur, virus, dan lain-lain. Organisme tersebut danpat menggangu atau menghambat perkembangbiakan serangga, karena membunuh atau menekannya, memarasit atau menjadi penyakit atau karena bersaing (berkompetisi) dalam mencari makanan atau berkompetisi dalam gerak ruang hidup.
6.      Cara Pengumpulan Insekta Diurnal
Menurut Jumar (2000 : 211-213), untuk mengumpulkan insekta yang aktif pada Siang hari dapat dilakukan dengan menggunakan jaring insekta udara (Butterfly Net) yang dibuat dari bahan yang ringan dan kuat, yaitu kain kasa dan  blacu. Jaring insekta dapat digunakan dengan 2 cara, yaitu :
a.       Mengayunkan pada tanaman, dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan, khususnya bagi insekta yang terbang cepat.
b.      Menyapukan di sekitar pertanaman, disini akan diperoleh jumlah dan spesies insekta relatif sedikit.
Insekta yang sudah tertangkap dengan jaring dapat dicegah ke luar dengan cara melipat katong jaring secara tepat setelah melakukan ayunan.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan uatuk mengambil tertangkap di dalam jaring adalah untuk insekta dari ordo lepidoptera, diambil dari jaring dan kemudian dipingsankan dengan cara menekan toraknya sebelum dimasukkan ke dalam botol pembunuh. Hal ini dilakukan untuk mengurai kerusakan sayapnya, untuk keperluan koreksi, masukkan lipatan kantong jaring yang berisi insekta ke dalam botol pembunuh (keliling bottle).
Menurut Hadikastowo, (1988 : 51) dalam Rasyad, (2009 : 9) cara mengumpulkan serangga dapat dilakukan dengan beberapa macam, tergantung pada maksud jika akan dibuat daur hidupnya, maka kita harus mengumpulkan mulai dari telur, nympha, larva, pupa hungga serangga dewasa (imago). Sedangkan jika hendak mengumpulkan serangga air, maka kita harus membawa jaring yang ditenggelamkan di air (tentu saja menjadi basah), dan kemudian dikeringkan. Jika hendak menangkap insekta seperti kupu-kupu, atau mengumpulkan ulat, pupa dan nympa maka kita hanya perlu membawa pinset atau penjepit serta tempat yng tertutup rapat. Lain lagi jika kita hendak mengumpulkan insekta dalam tanah, maka kita harus membawa cangkul kecil dan congkel dari logam yang tahan lentur, agar tidak putus didalam tanah.
7.      Peran Insekta Dalam Kehidupan Manusia
Menurut Jumar (2000 : 5) peran insekta dalam kehidupan manusia ada 2 yakni : menguntungkan dan merugikan. Peran insekta yang menguntungkan (berguna) antara lain :
a)    Insekta sebagai penyerbuk tanaman.
b)   Insekta sebagai penghasil produk seperti madu, lilin, sutera, bahan lac, dan lain-lain.
c)    Insekta yang bersifatentomofagus (predator dan parasitoid).
d)   Insekta pemakan bahan organik.
e)    Insekta pemakan gulma.
f)     Insekta sebagai bahan penelitian.
Sedangkan peranan serangga yang merugikan (merusak), antara lain :
a)    Insekta perusak tanaman dilapangan, baik buah, daun, ranting cabang, batang akar maupun bunga.
b)   Insekta perusak produk dalam simpanan (hama gudang).
c)    Insekta sebagai sektor penyakit tanaman, hewan, maupun manusia.
8.      Tinjauan Umum Tentang Hutan Lindung Loksado Di Desa Haratai
                  Luas areal hutan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 1.659.003 ha termasuk didalamnya; hutan lindung, hutan alam, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi dan hutan bakau. Luas lahan kritis adalah sebesar 500.077 ha dan luas lahan reboisasi alam 14.454 ha. Dengan memiliki luas sekitar 245 Ha didalamnya terdapat jenis flora termasuk Anggrek Hutan, dan fauna yang dilindungi seperti : Bekantan, Owa-Owa, Biawak, Raja Udang (Halcyon sp) dll.
Kawasan Hutan Lindung, semuanya berada di dalam ‘jangkauan’ ladang masyarakat. Ada yang berupa ladang karet, bekas huma/tegalan, bambu, dan sungkai.  Pegunungan Meratus merupakan area yang kaya dengan sumber daya alam, 12 jenis tumbuhan endemik ada di daerah ini, dua diantaranya adalah keluarga palmae dan Satu jenis lagi yang sangat diminati oleh pihak Botanical Garden Edinburgh Inggris adalah Rhododendron alborugosum. Sampai saat ini belum diketahui kenapa tanaman ini sangat dicari oleh pihak tersebut. Sembilan jenis endemik lainnya adalah Lahung (Durio dulcis), Damar merah (Shoreabeccariana, S. parvistipulata), Pitun (Shorea myrionerva), Damar (Shorea obscura, S. rugosa), Tengkawang (Shorestenoptera), Resak (Vatica enderti) dan Binturung (Artocarpus lanceifolius). Kesembilan jenis ini hanya ada di pulau Kalimantan. Sedangkan untuk khazanah satwa, pada kawasan ini tidak kurang dari 31 jenis mamalia, 95 jenis avifauna, 46 jenis kupu-kupu, 24 jenis harpetofauna, dan 37 jenis ikan .Selain itu, diyakini kawasan ini merupakan surganya anggrek. Tidak menutup kemungkinan apa yang Lamb (1991) perkirakan bahwa 2500 sampai 3000 jenis anggrek yang ditemukan di Borneo atau setara dengan 10% anggrek di dunia ini, Loksado juga salah satu penyumbang tingginya angka kekayaan jenis ini. Begitu kaya kawasan ini akan keanekaragaman hayatinya.
9.      Tinjauan Umum Tentang Desa Haratai Kab. Hulu Sungai Selatan
      Kabupaten hulu sungai selatan merupakan salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan selatan, ibu kota kabupaten ini terletak di kota Kandangan . kota kandangan memiliki luas 1.804,94 Km²,  berpenduduk sebanyak 212.678 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Kandangan memiliki 11 Kecamatan, 4 Kelurahan dan 114 Desa.
Haratai 1 adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Loksado kabupaten Hulu Sungai Selatan provinsi kalimantan selatan indonesia, dengan luas  wilayah 245 ha dan Berpenduduk 500 Jiwa
Batas wilayah
Sebelah timur                :  Kabupaten Tanah Bumbu
Sebelah selatan             :  Desa Ulang
Sebelah utara                :  Desa Loklahong
Sebelah barat               :  Desa Loksado

10.  Penelitian Yang Relevan
a.       Berdasarkan penelitian dari Aryan (2010 : 43-44) Keanekaragaman insekta diurnal yang ditemukan pada perkebunan tumpang sari karet (Havea brasiliensis) dan pisang (Musa paradisiacal L) di sungai batung Desa Bintahan Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin berjumlah 14 spesies yang termasuk dalam 5 ordo dan 13 Famili yaitu, Monomorium minimum, Goniozus nr, triangulifer, Grapochepahala coccinea, Neoconephalus ensiger, Xantkopimpla sp, Mischocyttharus immarginatus, Valanga nigricornis, Phthorimaea operacolella, Spex inchneumonius, Rhagio scolopaceus, Papilio demolius, Liminitis arthemis, Eurema hecabe,Cecyonis oetus. Ordonya yaitu, Diptera, Hymenoptera, Homoptera, Lapidoptera, Orthoptera. Familinya yaitu, Rhagionidae, Formicidae, Bathylidae, Ichneumonidae, Pomplidae, Ciccadellidae, Pyralidae, Papilionidae, Priedae, Satyridae, Tettigonidae, Acrididae. Indeks Keanekaragaman insekta diurnal yang ditemukan sebesar 2.09. yang termasuk dalam katagori keanekaragaman sedang. Kemelimpahan tertinggi pertama dimiliki oleh Monomurium minimum (Semut hitam kecil) dengan Nilai Penting (NP) sebesar 54.77%. Kemelimpahan kedua dimiliki oleh Goniozus nr triangulifer (Lebah mirip semut) dengan NIlai Penting (NP) 16.73%, dan kemelimpahan terendah dimiliki oleh Cercyonis oetus (kupu-kupu) dengan Nilai Penting (NP) sebesar 5.48%.
b.   Berdasarkan penelitian dari Rasyad (2009 : 60-61) terdapat 26 spesies insekta diurnal yang terdiri dari 8 ordo dan 17 Famili.  Yang mana keanekaragaman insekta diurnal pada areal pasca tambang 2 tahun dengan indeks diversitas (H’) = 1.97. Pada areal tambang 4 tahun dengan indeks diversitas (H’) = 2.68, dan pad areal pasca tambang 6 tahun dengan indeks diversitas (H’) = 2.82.
c.       Kemelimphan insekta diurnal tertinggi terdapat pada areal pasca tambang 2 tahun dengan  Nilai Penting (NP) = 42.94%, 38.67%, dan 31.02%. Sedang kemelimpahan terendah dengan Nilai Penting (NP) = 1.88%. Pada areal pasca tambang 4 tahun kemelimpahan tertinggi (NP)= 30.70%, 30.55% dan 15,95%. Kemelimpahan terendah dengan Nilai Penting (NP) = 1.22%.
d.      mpahan yang tertinggi pada areal pasca tambang 6 tahun adalah dengan Nilai Penting (NP) = 27.40%, 26.75% dan 12.07%. kemelimpahan terendah pasca 6 tahun dengan Nilai (NP) = 2.52%.
e.       Berdasarkan penelitian dari Rezki (2010 : 26-27) insekta siang yang ditemukan di Desa Kitang Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong ada 8 spesies yang termasuk 6 ordo 8 famili. Besrnya indeks keanekaragaman yaitu (H′) = 2.16 yang termasuk dalam katagori keanekaragaman yang sedang. Kemelimpahan insekta diurnal dengan Nilai Penting (NP)= 54.55% yangdidukung oleh Kerapatan Relatif (KR)=  32.68% dan Frekuensi Relatif (FR)= 21.87% dan kemelimpahan terendah ditempati oleh spesies Boise trivitatus (kepik) dengan Nilai Penting (NP)= 11.91% yang didukung oleh Kerapatan Relatif (KR)= 4.61% dan Frekuensi Relatif (FR)= 7.30%.
f.        Berdasarkan penelitian dari Rifani (2010 : 62-63) terdapat 10 spesies insekta diurnal yang terbagi dalam 2 lokasi yaitu perkebunan jeruk subur dan perkebunan jeruk tidak subur. Pada perkebunan subur ditemukan 9 spesies insekta tidak terbang, sedangkan pada perkebunan tidak subur ditemukan 8 spesies insekta tidak terbang. Kerapatan insekta pada tanaman jeruk yang tertinggi pada perkebunan subur ditempati oleh Formica rupa sebesar 25.81 spesies/tanaman jeruk, dan kerapatan yang terendah ditempati oleh Calasoma sp sebesar 1.07 spesies/tanaman jeruk. Sedangkan nilai rata-rata kerapatan insekta pada tanaman jeruk yang tertinggi pada perkebunan tidak subur ditempati oleh Formica rupa sebesar 30.81 spesies/tanaman jeruk, dan kerapatan yang terendah ditempati oleh Companatus herculeniaum sebesar 1.17 spesies/tanaman jeruk. Keanekaragaman insekta pada tanaman jeruk kawasan ini tergolong rendah karena H′<1. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan H′ pada semua insekta pada perkebunan yang subur diperoleh nilai H′= 0.92 dan daerah tidak subur memiliki nilai H′= 0.88.
g.       Berdasarkan penelitian dari Saputri (2006 : 47) Jenis insekta yang terperangkap pada lahan pasca 10 tahun penambangan batubara di Desa Gunung Batu Kecamatan Binuang kabupaten tapin berjumlah 17 jenis yang termasuk dalam 8 bangsa dan 17 suku. Indeks keanekaragaman pada daerah pasca 10 tahun pena,bangan batubara termasuk sedang, yaitu sebesar 1.47. Jenis insekta yang paling melimpah adalah Macrotermes spp dengan Nilai Penting (NP) sebesar 36.65. Sedang yang paling tidak melimpah adalah Syrphus balteatus dengan Nilapi Penting (NP) sebesar 3.48.




F.      METODE PENELITIAN
1.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi yaitu terjun langsung kelapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel dengan menggunakan jala serangga yang diletakan secara  teratur untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan insekta diurnal di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
2.    Waktu Dan Tempat Penelitian
3.      Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Juli 2012 Pada hutan Lindung di Desa Haratai I Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
3.    Populasi dan Sampel
·        Populasi : Seluruh insekta yang terdapat di Hutan Lindung Loksado di desa Haratai I Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
·        Sampel : Seluruh spesies insekta diurnal yang terjaring pada plot 5m X 5m sebanyak 60 plot yang terperangkap dalam jaring insekta.
4. Teknik Pengumpulan Data
I.          Alat dan Bahan
a.   Alat yang digunakan :
1).    Jaring insekta, Berfungsi untuk menangkap serangga yang aktif siang hari.
2).    Botol selai, Berfungsi untuk menampung insekta yang ditemukan.
3).    Kamera, Berfungsi untuk mendokumentasikan jenis-jenis insekta yang diperoleh.
4).    Kertas lebel, berfungsi untuk membedakan botol selai yang satu dengan yang lain.
5).    Rool meter, berfungsi untuk mengukur area penelitian.
6).    Pinset, berfungsi untuk menjepit hewan yang didapat.
7).    Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu udara, satuannya Celcius (Co).
8).    Tali rapia, berfungsi untuk mengukur dan membuat plot/petak.
9).    Lux Meter, berfungsi mengukur kecepatan cahaya (Luxbath).
10).       Higrometer, berfungsi mengukur kelembaban udara (%).
11).      Anemometer, berfungsi mengukur kecepatan angin (m/s).
12).      Soiltester, berfungsi untuk mengukur PH tanah dan kelembaban tanah (%).
13).      Altimeter, berfungsi untuk mengukur ketinggian tempat (dpl).
14).      Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu (Cº).
15).      Alat tulis menulis.
16).      Buku identifiksai, Berfungsi untuk meelakukan identifikasi dan dikripsi jenis insekta yang diperoleh.
II.  Bahan yang digunakan :
1).    Formalin 5 %
2).    Alkohol.Berfungsi untuk membuat awetan insekta yang diidentifikasi.
11.  Prosedur Penelitian
a.       Menyiapkan alat dan bahan.
b.      Menetukan atau memilih lokasi daerah penelitian pada 2 daerah penelitian yaitu daerah I (area reklamasi yang teratur) dan daerah II (reklamasi yang alami), masing-masing daerah luasnya 1 ha. (Daerah terlampir).
c.       Membuat titik penelitian sebanyak 30 plot pada daerah I (area reklamasi yang teratur) dan 30 plot pada daerah II (reklamasi yang alami) secara teratur dengan masing-masing luas plot 5m X 5m dan  berjarak    meter antar titik, sehinga jumlah plot ada 60 plot.
d.      Melakukan proses penangkapan selama 3 hari, waktu pengambilan sampel dilakukan 3X. Pagi pukul 06.00-09.00 WITA, siang pukul 10.00-13.00 WITA, dan 14.00-17.00 WITA.
e.        Menangkap insekta menggunakan jaring serangga yang diameter 0,5m, meletakkan insekta (serangga) yang terjerat dalam jaring serangga tersebut kedalam botol selai yang berisi formalin dan masing-masing diberi label..
f.     Mengukur parameter lingkungan seperti, suhu, intensitas cahaya, kelembaban pada saat setiap pengambilan sampel selesai.
g.    Mengamati dan menghitung insekta tersebut dengan mikroskop.
h.    Mengidentifikasi insekta yang tertangkap dalam jebakan kunci diterminasi Borror dkk (1992), Jumar (2000) dan Lilies (1991).
i.      Memasukkan data yang didapat kedalam tabel pengamatan baik jumlah dan jenis insekta diurnal yang didapat pada perangkap jaring insekta tersebut.



12.           Teknik Analisis Data
   Menentukan spesies-spesies siang, maka dilakukan pengamatan morfologi dengan mencocokkan specimen dengan buku penunjang yaitu Borror (1992), Jumar (2000), dan Lilies (1991).
   Insekta yang sejenis dikumpulkan dalam botol yang sesuai kemudian membuat tabel yang berisi nama kelompok insekta berdasarkan hasil identifikasi dan jumlah kelompok. Untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan insekta yang ditentukan, dilakukan perhitungan statistik sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui nilai keanekaragaman dapat dihitung dengan indeks Shannom untuk diversitas umum (H) (Odum, 1993 : 179).  Dirumuskan sebagai berikut :
H′ = - Σ( Pi ) . ( Ln . Pi )
Keterangan :
Pi  = Kemelimpahan proporsional dari jenis ke-i
Sehingga
Pi = Ni / N
Ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu keseluruhan jenis kedalam komunitas.
Indeks keanekaragaman ditetapkan sebagai berikut :
H′ < 1        = Rendah
1 > H′ < 3  = Sedang
H′ > 3        = Tinggi
2.      Untuk menghitung kemelimpahan dapat menggunakan Nilai Penting (NP) (Michael, 1993 : 89) dengan rumusnya:
NP = FR  +  KR
Kerapatan (K)                         =        Jumlah suatu spesies
                                                                     Jumlah plot

Kerapatan Relatif                     =        Kerapatan suatu spesies
                                                                                                            X 100%
                                                              Kerapatan seluruh spesies


Frekuansi (F)                     =            Jumlah plot yang ditempati
                                                               Jumlah  seluruh plot

Frekuensi Relatif (FR)        =          Frekuensi suatu spesies
                                                                                               X 100%
                                                                Jumlah Frekuensi

13.  Jadwal Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 5 bulan dengan perincian sebagai berikut :
No
Kegiatan
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1
Persiapan
-
-
-
2
Pelaksanaan Penelitian
-
-
-
3
Pengelolaan dan analisis data
-
-
-
4
Penyusunan laporan akhir√
-
-



DAFRTAR PUSTAKA


Aryan Yeni.2010. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Insekta Diurnal Pada Perkebunan Tumpang Sari Karet (Havea brasiliensis) dan Pisang (Musa paradisica L) di Sungai Desa Bintahan Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin. STKIP PGRI Banjarmasin. (Skripsi tidak dipublikasikan).

Borror, Triplehome dan Jhonson. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


Jasin. Maskoeri. 1987. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Jumar. Ir.2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : Rineka Cipta.
Kastawi.yusuf, dkk. 2005. Zoologi avertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang.
                                                                                                           
Lilies.S. Christina.1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Kanisius.
Michael, P. 1994. Metode ekologi untuk penyelidikan lapangan dan laboratorium indonesia. Jakarta: UI Press.

Odum.E.P.1994. Metode ekologi untuk penyelidikan lapangan dan laboratorium indonesia. Jakarta: UI Press.
Rasyad Muhammad.2009. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Insekta Diurnal pasca pertambangan intan Di Desa Sei-Tiung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru. STKIP PGRI Banjarmasin. (Skripsi tidak dipublikasikan).

Rezki Amalia Eka.2010.Keanekaragaman dan kemelimpahan insekta siang (diurnal) di perkebunan durian Lai Mas (Durio kutejensis) di Desa Kitang Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. STKIP PGRI Banjarmasin (Skripsi tidak dipublikasikan).

Saputri Hepy Zahra. 2006. Keanekaragaman Insekta Lahan Pasca Penambangan Batubara di Desa Gunung Batu Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin. FKIP UNLAM Banjarmasin (Skripsi tidak dipublikasikan).

Sembel. T. Dantje.2010. Pengendalian Hayati – Hama-Hama Serangga Tropis dan Gulma. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

2 komentar:

  1. keren bro blognya . membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah .. trimsssss.....

    BalasHapus